Isu Kenaikan Harga BBM Perlemah Bursa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (24/10) ditutup melemah sebesar 30,45 poin didorong aksi ambil untung pelaku pasar.
IHSG BEI ditutup melemah sebesar 30,45 poin atau 0,60 persen ke posisi 5.073,06. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) turun 5,16 poin (0,60 persen) ke level 862,55.
Analis HD Capital Yuganur Wijanarko di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa pelaku pasar saham di dalam negeri cenderung mengambil aksi ambil untung seraya mengantisipasi penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Pelaku pasar sedang mengantisipasi kenaikan BBM di awal November dan sentimen lainnya di dalam negeri," katanya.
Ia menambahkan bahwa tertekannya indeks BEI juga disebabkan faktor teknikal, indeks BEI telah mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir sehingga mendorong pelaku pasar untuk mengambil posisi ambil untung.
"Keadaan jenuh beli di IHSG menyebabkan aksi `profit taking` harian," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar saham dapat memanfaatkan momentum pelemahan indeks BEI untuk kembali mengakumulasi saham karena naiknya harga BBM bersubsidi nantinya akan berdampak positif karena beban defisit APBN menjadi ringan.
Ia merekomendasikan beberapa saham yang dapat diperhatikan investor untuk perdagangan pada awal pekan depan (Senin, 27/10) di antaranya Vale Indonesia Tbk (INCO), Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), Malindo Feedmill Tbk (MAIN).
Tercatat transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 184.694 kali dengan volume mencapai 4,17 miliar lembar saham senilai Rp 4,80 triliun.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng melemah 30,98 poin (0,13 persen) ke level 23.302,20, indeks Nikkei naik 152,68 poin (1,01 persen) ke level 15.291,64 dan Straits Times melemah 11,51 poin (0,30 persen) ke posisi 3.225,21.
Rupiah Jumat Sore Melemah Menjadi Rp 12.070
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore melemah sebesar delapan poin menjadi Rp 12.070 dibandingkan sebelumnya Rp 12.062 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan penguatan rupiah tertahan terhadap dolar AS menyusul penurunan rata-rata klaim pengangguran Amerika Serikat yang mencerminkan bahwa pemulihan pasar tenaga kerja membaik.
"Klaim tunjangan penggangguran AS yang membaik dipandang bagus oleh investor karena merupakan salah satu indikator bagi pertumbuhan ekonomi sehingga mendorong penguatan dolar AS," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, penguatan mata uang dolar AS masih cenderung tertahan seiring investor juga masih menantikan data AS, seperti data penjualan rumah baru, jika data perumahan itu lebih rendah dari perkiraan maka bisa menekan turun nilai tukar dolar AS.
Ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri terkait penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi juga dapat berdampak positif bagi rupiah karena dapat menyehatkan neraca transaksi berjalan.
"Diharapkan perbaikan neraca perdagangan dapat terus berlanjut, membaiknya neraca keuangan Indonesia maka akan membuat kepercayaan investor terhadap Indonesia makin membaik dan dampaknya akan positif bagi rupiah ke depannya," katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini (24/10), tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp 12.065 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 12.034 per dolar AS. (Ant)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...