Isu Perang Buat Pariwisata di Palestina Turun 60 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Dewan Kota Bethlehem, Palestina, Maher Canawati menjelaskan bahwa karena isu peperangan, pariwisata di Palestina menurun sampai 60 persen selama dua bulan terakhir ini, yaitu dari 50.000 menjadi hanya sekitar lebih kurang 20.000 wisatawan.
“Pemasukan bagi kota Bethlehem dari sektor pariwisata sekitar 60-70 persen, maka isu perang ini sangat mempengaruhi kami,” kata Canawati yang sengaja datang ke Jakarta, dalam kesempatan Press Conference di Gracia Tour & Travel, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (5/8), guna memberikan informasi mengenai kondisi Palestina saat ini.
Begitu banyak orang khawatir dan takut akibat pemberitaan media massa yang memberitakan berbagai kengerian akibat perang di Palestina. Akan tetapi Canawati memastikan situs-situs sejarah di Palestina sama sekali jauh dari kekacauan akibat perang. Hal itu dia katakan dalam kapasitasnya sebagai anggota dewan.
Canawati mengakui memang tidak semua orang boleh masuk ke Israel, misalnya seperti saudara kandungnya. Tetapi karena dia anggota dewan yang notabene merupakan lembaga yang lebih tinggi di Palestina daripada pemerintah pusat, jadi memiliki hak istimewa (privilege) untuk bisa memasuki wilayah Israel.
Maka, segala informasi yang ia sampaikan dalam kesempatan tersebut, dia pastikan akurat, karena ia memang melihat langsung situasinya. Seperti diketahui, Pada tahun 1948, seluruh wilayah Palestina adalah sampai jalur Gaza, tetapi setelah tahun 1969, wilayah Palestina menjadi terpotong seperti saat ini karena dicaplok oleh Israel.
Sekitar tahun 600-an, Umar bin Khattab yang seorang Muslim datang ke Bethlehem, namun ia menyadari banyak sekali rumah ibadah Kristen di sana, jadi ia tidak ingin mengganggu. Lalu Umar melempar batu sejauh-jauhnya, dan ia berdoa di sana. Sama halnya di Yerusalem tempat Yesus disalibkan, yang saat ini warga Muslimnya mayoritas.
Sebagai warga Kristen Ortodoks Palestina, dikatakan Canawati meskipun hampir 80 persen penduduk Palestina adalah Islam, tetapi investor dari pelaku industri-industri, misalnya toko, restoran, hotel, pabrik makanan, dan lain sebagainya, sebagian besar dimiliki oleh warga Kristen.
“Sekitar 20 tahun lalu di Bethlehem hampir 80 persen adalah warga Kristen, tetapi kemudian terjadi perpindahan penduduk ke wilayah lain, yang bisa disebabkan karena lapangan di daerah lain yang lebih menarik, atau mungkin peperangan,” jelas pengusaha The Three Arches Co.Ltd, itu.
Ada 70 Situs Sejarah
Canawati menguraikan di Bethlehem ada 70 situs bersejarah yang ada di perjanjian lama, misalnya Sumur Daud, Padang Gembala, dan lain sebagainya. Sebagai anggota dewan, Canawati berupaya mengembangkan dan merawat tempat-tempat bersejarah itu, yang memang merupakan tanah kelahiran para leluhurnya. Situs-situs bersejarah itu bukan hanya ada di Palestina, tetapi juga ada di Israel.
Kemudian ia bercerita, Para leluhur Canawati pindah ke Palestina 500 tahun yang lalu. Faraj, paman dari leluhurnya, akan dihukum mati karena kejahatannya, beserta delapan putranya juga akan dihukum mati, lalu ia diberikan opsi mati atau pindah ke Islam, dan kemudian ia memilih masuk Islam. Dan keturunan mereka menyebut Canawati sepupu.
Faraj dan kedelapan putranya merupakan pekerja keras, mereka membangun kanal dari Yerusalem sampai Bethlehem, sekian kilometer jauhnya, tetapi setelah selesai ternyata airnya tidak bisa mengalir dan tidak berfungsi dengan baik. Sampai ketika kakek buyut Canawati mengetahui, bahwa harus dibuat lubang setiap 100 meter. Dan setelah kanal itu berfungsi, mereka menyebut kakek buyutnya itu Canawati, yang berarti manusia kanal karena gagasannya yang bermanfaat.
“Sampai sekarang setiap kali Idul Fitri, kami mengunjungi mereka (keluarga Faraj, Red), dan sebaliknya,” ucap pria yang beristrikan wanita Belanda itu.
Kanal tersebut ada dalam 70 situs bersejarah yang disebutkan Canawati, yang dibangun oleh leluhurnya. “Jadi banyak tempat di Bethlehem yang membuat saya merasakan sejarah, merasakan para leluhur saya, merasakan Yesus Kristus, banyak tempat-tempat yang merujuk pada 1000 bahkan 3000 tahun yang lalu, dan Tuhan begitu besar sekali karyanya di sana,” kata dia menambahkan.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...