Italia dan Vatikan Tingkatkan Keamanan dari Ancaman ISIS
ROMA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Italia meningkatkan keamanan dengan siaga tinggi dari kemungkinan ancaman dari ISIS (Islamic State of Islam and Syria atau Negara Islam Irak dan Suriah) yang menyebut Italia sebagai "bangsa ditandatangani dengan darah salib."
Italia adalah salah satu dari sedikit negara Barat yang belum menjadi target dari serangan teror besar-besaran sejak serangan 11 September di Amerika Serikat pada 2001.
Para pejabat Italia khawatir ekstremis ISIS masuk negara itu di tengah gelombang meningkatnya pengungsi dengan perahu dari Afrika Utara ke negara itu. Sekitar 500 tentara tambahan ditempatkan untuk menjaga sejumlah situs simbol kota Roma dan memantau jalan-jalan ibu kota mengenai aktivitas yang mencurigakan.
Video yang dirilis menampilkan gambar 21 warga Kristen Koptik Mesir yang dipenggal pada bulan ini, menjadi peringatan bahwa jihadis ISIS berada di "selatan Roma," di Libya. Mereka pada titik terdekatnya, di Libya yang berjarak sekitar 100 mil dari pulau-pulau wilayah Italia, Sisilia dan Sardinia.
Empat bulan sebelumnya, majalah propaganda ISIS, Dabiq, menampilkan foto sampul yang menunjukkan bendera kelompok teroris itu berkibar di atas Lapangan Santo Petrus di Vatikan dengan judul "Perang Salib yang Gagal."
"Ancaman ini nyata," kata Sabrina Magris, presiden dari International University School of Roma and Florence, satu-satunya lembaga Eropa yang menyiapkan negosiator untuk sandera dan teror ancaman. "Tujuannya mungkin merupakan serangan yang sebenarnya, atau hanya menggunakan ancaman untuk menciptakan suasana ketakutan. Tetapi risiko tidak boleh dianggap remeh," kata di seprti dikutip USA Today.
Vatikan belum memberikan komentar resmi tentang menjadi target potensial oleh ISIS, atau kelompok-kelompok ekstremis lainnya, dan Paus Fransiskus menolak sejumlah langkah keamanan, dabn tampil di publik kapan pun dia mau.
Misa hari Minggu di Basilika Santo Petrus, tampak jelas adanya tambahan keamanan. Polisi berpatroli dan ditempatkan di wilayah sekeliling Vatikan. Dan warga mengatakan mereka tidak keberatan.
"Ini adalah dunia yang berbahaya. Paus dan Vatikan memiliki profil yang sangat tinggi," kata Karen Phifer, 44 tahun, seorang guru dari Philadelphia yang menghabiskan setahun masa cuti di Italia. "Setiap langkah yang dapat diambil untuk melindungi mereka harus diambil."
Italia menanggapi ancaman terbaru dengan penjagaan pada kedutaan Italia di Tripoli, ibu kota Libya. Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, memperingatkan ekstremis untuk tidak memprovokasi Italia dan mengancam dilakukannya aksi militer.
Massimo Blanco dari National Association of Public and Private Security Experts menyebut ancaman ISIS terhadap Italia dan Vatikan semacam "perang psikologis" yang mungkin memiliki efek yang diinginkan.
"Saya masih tidak berpikir bahwa dunia Islam merupakan prioritas yang tinggi untuk Eropa dan Italia," kata Blanco. Italia sadar akan adanya ancaman, tapi takut berdampak pada kehidupan sehari-hari warga.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...