Itang Yunasz: Dari Tanah Abang ke Pasar Dunia
SATUHARAPAN.COM – Tidak banyak perancang busana Indonesia yang mampu menembus pasar mancanegara. Satu di antara yang sukses menembus pasar mancanegara itu adalah Itang Yunasz (56). Prestasi itu ia capai dengan memusatkan perhatian pada pasar di Pusat Grosir Tanah Abang.
Dalam temu wartawan sebelum peragaan busana koleksi terbaru di Innercourt Lantai LG Pusat Grosir Tanah Abang Blok B, di Jakarta Pusat, Kamis, 8 Mei lalu, Itang menuturkan rutin memasarkan busana muslim rancangannya ke pasar Malaysia, Brunei Darussalam, dan California-Amerika Serikat. Kabar menggembirakan tak lupa ia sampaikan, ia berhasil menembus pasar Turki.
Nama Itang Yunasz mulai dikenal di jagat fashion Tanah Air setelah berhasil menjadi juara kedua Lomba Perancang Femina (LPM) 1981. Popularitasnya ditandai dengan penampilan model-model terkenal waktu itu seperti Enny Soekamto, Nisje Joenoes, Nani Sakri, Dhanny Dahlan, Dian Tanjung, yang selalu tampil dalam pergelaran busana rancangannya.
Itang bahkan mengepakkan sayap lebih jauh, merambah dunia film dan dunia tarik suara. Jika menuliskan namanya di mesin pencari data, akan muncul nama Itang yang justru berkaitan dengan lagunya yang meledak di pasaran saat itu, Aku Cinta Padamu (1989).
Sebelum tahun itu, Itang sudah meluncurkan album. Mengutip wikipedia.org, ia meluncurkan album Heidy (1985) dan Klak Klik Kluk (1988). Pada 1989, selain Aku Cinta Padamu yang melambungkan namanya, ia juga meluncurkan Selamat Malam Selamat Bobo.
Tentu bukan penyanyi karbitan jika melihat nama-nama di balik kesuksesannya sebagai penyanyi. Di album Klak Klik Kluk, bisa ditemukan nama pemusik terkenal Adjie Soetama dan Addie MS. Guruh Sukarnoputra dan Bagoes AA menciptakan lagu Juara Asmara untuknya.
“Tapi, itu dulu…,” kata Itang, dalam suatu perbincangan dengan satuharapan.com, melantunkan penggalan “dulu” seperti dalam cauda lagu Aku Cinta Padamu.
Itang sengaja menekankan “dulu”, seperti mengisyaratkan ia sudah meninggalkan dunia itu dan memantapkan kariernya di dunia fashion.
Bekal kemenangan di LPM 1981 itu menjadi salah satu pendorong baginya untuk mendirikan PT Yunasz Astabrata pada 1988. Pengalaman magang di Rumah Mode Renato Balestra, di Roma, Italia, pada 1979, juga menguatkan tekad Itang, yang belajar merancang busana secara otodidak.
Melalui perusahaannya, Itang meluncurkan label “Itang Yunasz” yang menjadi busana lini utamanya, kemudian label “Tatum” khusus untuk koleksi baju kerja, label “Marrakech” yang memproduksi busana muslim berbahan kaus untuk kaum muda, dan label “Preview” yang merupakan koleksi busana muslim pria.
Pada 2000, Itang memantapkan diri menjadi perancang busana muslim. Ia memusatkan perhatian menggarap pasar kelas menengah, “masuk” pusat grosir Pasar Tanah Abang. “Tidak banyak, atau bahkan tidak ada desainer yang melirik segmen itu karena tidak ada gengsinya,” kata Itang dalam perbincangan sebelumnya.
Itang, meminjam istilahnya, menurunkan gengsi itu. Dalam perjalanan waktu, ia merasa segmen pasar itu yang membesarkannya. Langkahnya tak terbendung pada saat desainer lain masih harus terus berjuang untuk mencari pasar. Label “Kamilaa”, koleksi busana siap pakai lini kedua untuk perempuan aktif, ia luncurkan pada 2012.
Itang Yunasz, yang dilahirkan dengan nama Yusjirwan Yunasz, 31 Desember 1958, rajin mengikuti Islamic fashion festival di beberapa negara. Mengikuti festival memberikan banyak keuntungan, terutama promosi, bagi fashion Indonesia yang sangat kaya ragam. Salah satu di antaranya adalah busana muslim itu sendiri.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, usaha busana muslim adalah usaha yang sangat menjanjikan. Peluangnya besar, di dalam negeri ataupun di luar negeri. Secara desain, menurut Itang, Indonesia masih unggul dibandingkan dengan negara lain.
Berkecimpung lebih kurang 32 tahun di dunia fashion, ayah dua anak, Muhammad Daffa Ramada dan Najla SY, buah kasihnya dengan Yeni Mulyani ini, semakin mendapatkan pengakuan. Itang yang pernah meraih penghargaan dari Presiden Filipina Fidel Ramos “Asian Women Foundation” itu, pada 2012 menerima Pia Alisjahbana Award di ajang Jakarta Fashion Week 2012/2013 untuk kategori Individual yang Memberi Perubahan dan Inovasi pada Industri Mode Tanah Air.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...