Jangan Dimakan! Belum Matang
Kita harus melihat kemampuan diri jika ingin menolong orang lain.
SATUHARAPAN.COM – ”Jangan dimakan, itu belum matang,”kata ayah saya dahulu saat saya hendak menggigit buah tomat yang belum matang. Larangan itu saya patuhi begitu saja tanpa bertanya. Setelah beranjak dewasa, saya mengetahui alasannya dari sebuah artikel: tomat mengandung atropin atau solanin atau biasa disebut gikoalkoloid.
Racun ini biasa terdapat pada tomat yang masih hijau. Biasanya bila keracunan gikoalkoloid penderita akan mengalami keletihan, pendarahan pada sistem cerna, menggigil, sakit kepala atau migrain, kelumpuhan, dan yang paling parah adalah kematian. Sungguh efek samping yang sangat mengejutkan dari buah tomat yang belum matang.
Sebenarnya, hal itu juga tak berbeda dengan kemampuan yang kita miliki. Bila kita merasa belum memiliki kemampuan matang, janganlah menolong orang lain. Contohnya: Seorang penjahit keliling menawarkan jasa menjahit kepada seorang ibu. Dengan kemampuannya yang belum sempurna dia menjahit rok seragam SMP milik anak ibu tersebut. Selang beberapa lama jahitan pun selesai, ternyata setelah dicek, jahitannya tak beraturan dan warna benangnya berbeda dengan warna roknya sehingga terlihat jelek.
Awalnya, ingin membantu agar menjadi lebih baik. Namun, hasilnya malah tambah buruk. Siapa yang salah? Dari peristiwa itu, kita bisa menyimpulkan: bila ingin menolong orang lain, kita harus melihat kemampuan kita terlebih dahulu. Bila merasa sanggup lakukanlah, jika belum sanggup belajarlah agar sanggup. Itulah mengapa Tuhan tidak mewajibkan kita melakukan sesuatu di luar kesanggupan kita sebagai manusia.
Selamat belajar!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...