Jangan Nunggu Kaya!
Binar mata mereka adalah jaminan masa depan yang gemilang.
SATUHARAPAN.COM – Saya berasal dari keluarga petani sangat sederhana. Terlahir sebagai anak pertama dari lima bersaudara menyadarkan saya bahwa menjadi orangtua itu sulit. Zaman SMA dahulu, Ibu saya harus sekuat tenaga membagi-bagi uang yang ada supaya cukup untuk lima orang anaknya, agar anak-anaknya tidak terlambat membayar SPP.
Sekarang saya sudah bekerja, tinggal di Jakarta, dan masa-masa susah itu sudah berlalu. Namun, sewaktu pulang kampung, saya sering miris meyaksikan banyaknya anak kampung yang akhirnya tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena ketidakmampuan orangtua. Mereka hanya punya dua pilihan: menjadi buruh tani atau buruh perusahaan. Padahal, beberapa orang di antara mereka adalah anak-anak yang berprestasi di sekolah.
Dalam simpati yang dalam, saya sering berdoa kepada Tuhan , ”Tuhan, kalau saya jadi orang kaya, saya akan menolong anak-anak miskin itu supaya bisa sekolah.” Namun, akhirnya saya tersadar bahwa doa seperti itu sangat lucu. Kapan saya kayanya? Lalu, kapan pula saya berbuat sesuatu.
Pada 2015, bersama adik dan seorang sahabat, saya berkomitmen untuk menyisihkan penghasilan untuk diberikan sebagai beasiswa kepada anak-anak berprestasi yang orangtuanya tidak mampu di kampung tercinta.
Memang, kami belum bisa menolong banyak anak sampai saat ini, baru 2 orang. Tetapi, melihat mata kedua anak itu berbinar-binar dan prestasi mereka yang meningkat di sekolah, saya sadar bahwa pekerjaan ini harus menjadi komitmen seumur hidup. Binar mata mereka adalah jaminan masa depan bangsa yang gemilang.
Ternyata, tidak perlu menunggu kaya dahulu baru bisa memberi dan menolong orang lain. Yang penting, berilah dari apa yang kita punya, bukan dari apa yang tidak kita punya!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...