Jangan Pernah Hilang Harap!
Habis hujan tampak p'langi
SATUHARAPAN.COM – Kata-kata apa yang kita punya untuk menanggapi serangan mematikan di Paris Jumat lalu? Benar-benar tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan dunia yang tersentak akan kebiadaban sekelompok manusia yang merasa berhak menjadi Tuhan, yang menentukan hidup matinya orang lain.
Hampir 130 orang tercatat meninggal, ratusan lainnya masih terbaring di rumah sakit dengan sebagian dalam keadaan kritis, sejumlah keluarga masih diliputi kepanikan karena belum menemukan anggota keluarganya, ratusan keluarga kehilangan kekasih mereka, bahkan seorang ibu kehilangan dua orang anaknya sekaligus.
Semua itu dilakukan oleh sekelompok orang yang terkubur akal sehatnya oleh paham sempit, dipertajam militansi picik, dan lebih mengejutkan lagi, sebagian mereka adalah orang yang menyusup sebagai pengungsi dari Suriah, memanfaatkan rasa iba bangsa penolong di Eropa, tanpa rasa tega merenggut nyawa orang lain dan dirinya sendiri, membuat langit seluruh dunia kelabu diliputi kesedihan.
Kita berempati kepada mereka yang kehilangan anggota keluarganya, yang melihat dunianya runtuh dalam bilangan detik, tanpa aba-aba, tanpa sempat mempersiapkan diri, tanpa jaminan bahwa kejadian menakutkan seperti itu tidak akan terjadi lagi, sambil menyaksikan sekeliling yang tak lain adalah dukacita, ketakutan, keputusasaan, kehancuran hidup, dan ketidakberdayaan.
Bagi kita di Indonesia, jauh dari lokasi kejadian, yang hanya bisa melihat dan membaca melalui media, apakah berarti jauh juga dari risiko yang sama? Sesungguhnya, kelompok ekstremis di Indonesia sudah unjuk gigi jauh sebelum ini, dengan bom-bom teror yang sama mematikannya di Bali, di Jakarta, di Poso, dan berbagai tempat lain. Kejadian di Paris belum tentu tak akan berulang di tanah air. Manusia, yang penuh rasa iri dan dengki, masih banyak berkeliaran di sekitar kita. Mereka yang belajar dari kelompok ekstremis lain yang sukses menghancurkan kehidupan orang lain dalam bentuk yang selalu baru, masih terus berupaya berbuat yang lebih dahsyat.
Apa antisipasi kita secara pribadi, selain tentu mengandalkan kesatuan pengamanan negara dan lingkungan? Menghindari keluar rumah karena bahaya terbesar ada di luar rumah? Membatasi berbuat baik kepada orang lain karena kejadian Jumat kelabu di Paris membuktikan bahwa orang yang sudah menerima perbuatan baik sekalipun bisa membalas dengan perbuatan jahat yang luar biasa? Alangkah membuat putus asanya!
Tidak. Hidup tidak sedemikian buruknya! Karena sesungguhnya betapa beruntungnya manusia karena selalu saja manusia diingatkan bahwa tak ada sehelai rambut pun akan rontok tanpa Tuhan berkenan atasnya. Dan sekali lagi, kita diingatkan bahwa di balik setiap penderitaan ada janji penyertaan Tuhan. Di balik tiap kesulitan hidup, ada harapan. Sebagaimana syair lagu ini:
”Jalan hidup tak selalu tanpa kabut yang pekat,
namun kasih Tuhan nyata pada waktu yang tepat.
Mungkin langit tak terlihat oleh awan yang tebal,
di atasnyalah membusur pelangi kasih yang kekal.
Habis hujan tampak pelangi, bagai janji yang teguh:
di balik duka menanti pelangi kasih Tuhanku
Tetaplah berbuat baik karena itulah yang membuat hidup kita sendiri memiliki arti!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...