Janur Kuning dan Bendera Kuning
SATUHARAPAN.COM – Suatu sore pada hari minggu, dalam perjalanan ke rumah mertua. saya harus memperlambat laju motor karena di sisi kanan jalan sedang ada hajatan. Janur kuning terlihat segar diikatkan pada tiang listrik,dengan dua nama yang tertera pada kertas dilekatkan pada janur tersebut. Terlihat keramaian orang di tempat itu. Ada panggung dengan musik riang dan lantunan lagu cinta bergenre dangdut. Orang-orang tampak bersuka cita dengan pakaian warna-warni. Kedua insan juga terlihat bersuka cita meresmikan pembangunan keluarga baru.
Saya melanjutkan perjalanan karena saya bukan undangan dan juga tidak mengenal mereka. Beberapa menit memacu motor saya melihat tanda kuning lagi. Tetapi bukan janur kuning, melainkan bendera kuning. Tidak terdengar canda tawa, tidak ada tulisan nama di bendera kuning, tidak ada suara musik riang, tidak ada pakaian warna-warni melainkan mayoritas hitam, dan tidak ada acara makan bersama melainkan doa bersama di tempat itu.
Kedua simbol dengan warna sama itu digunakan sebagai penanda peristiwa yang berbeda sama sekali. Namun, jika ditilik lebih dalam, keduanya sedang menandai satu peristiwa yang sama, yaitu penanda satu babak kehidupan.
Untuk babak kehidupan sebagai keluarga baru yang akan berlangsung selama 40-50 tahun ke depan, tentu tidak ada yang ingin memasukinya secara serampangan. Nah, jika untuk babak kehidupan yang singkat saja kita biasa mempersiapkan dengan baik, bagaimana kita mempersiapkan kehidupan kekal yang ditandai dengan kematian fisik?
email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...