Jepang Akan Buang ke Laut Air dari Pembangkit Listrik Nuklir Fukushima
TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk melepaskan air olahan yang mengandung zat radioaktif dari pembangkit nuklir Fukushima Daiichi ke laut, kantor berita Kyodo dan Jiji melaporkan, hari Jumat (16/10).
Tokyo Electric disebutkan telah mengumpulkan lebih dari satu juta ton air yang terkontaminasi radioaktif sejak pembangkit listrik itu lumpuh akibat gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011.
Keputusan itu dibuat di tengah kekhawatiran atas dampak lingkungan, sumber yang dekat dengan masalah tersebut mengatakan pada hari Kamis (15/10).
Keputusan resmi dibuat paling cepat bulan ini dan akan mengakhiri perdebatan selama tujuh tahun tentang bagaimana membuang air yang digunakan untuk mendinginkan pembangkit listrik yang mengalami kerusakan inti akibat bencana.
Awal tahun ini, sebuah subkomite pemerintah melaporkan bahwa melepaskan air ke laut atau menguapkannya adalah "pilihan yang realistis."
Nelayan Menolak
Nelayan dan penduduk setempat, menurut Kyodo, menentang pelepasan tersebut ke laut karena khawatir konsumen akan menghindari makanan laut yang ditangkap di sekitarnya. Korea Selatan, yang saat ini melarang impor makanan laut dari daerah tersebut, juga berulang kali menyuarakan kepeduliannya terhadap dampak lingkungan.
Hiroshi Kishi, presiden JF Zengyoren, federasi koperasi perikanan nasional, menyatakan penolakannya untuk melepaskan air ke laut dalam pertemuannya dengan Kepala Sekretaris Kabinet, Katsunobu Kato, pada hari Kamis.
Pemerintah akan membentuk panel untuk mengambil langkah-langkah untuk mengatasi ketakutan tersebut dengan pejabat pemerintah Fukushima dan industri perikanan lokal, kata sumber tersebut.
Karena pelepasan air ke laut membutuhkan pekerjaan konstruksi dan penilaian oleh Otoritas Pengaturan Nuklir, kemungkinan akan memakan waktu sekitar dua tahun untuk memulai pembuangan, kata mereka.
170 Ton Per Hari
Air itu telah diolah menggunakan sistem pemrosesan cairan yang canggih, atau ALPS, untuk menghilangkan sebagian besar kontaminan selain tritium yang relatif kurang beracun dan disimpan dalam tangki di lokasi fasilitas. Namun, ruang itu diperkirakan akan habis pada musim panas 2022, dengan air yang terkontaminasi meningkat sekitar 170 ton per hari.
Sampai September tahun ini, total air yang ditampung 1,23 juta ton yang mengisi 1.044 tangki. Bulan lalu, Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan pemerintah ingin "membuat keputusan secepat mungkin" tentang bagaimana menangani air selama kunjungannya ke pabrik di Fukushima.
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional, Rafael Grossi, mengatakan selama kunjungannya ke pabrik pada Februari, pelepasan air yang terkontaminasi ke laut memenuhi standar praktik global di industri tersebut.
Ini adalah cara umum untuk melepaskan air dari pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh dunia, bahkan ketika mereka tidak dalam situasi darurat, katanya saat itu.
Namun, kekhawatiran yang meluas tetap ada, dengan banyak negara dan wilayah masih membatasi impor produk pertanian dan perikanan Jepang setelah bencana tahun 2011.
Editor : Sabar Subekti
Swedia Tidak Akan Lagi Mendanai Badan Bantuan untuk Palestin...
STOCKHOLM, SATUHARAPAN.COM-Swedia tidak akan lagi mendanai badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRW...