Jepang, China, dan Korea Selatan Bahas Kerja Sama Trilateral

TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Para menteri luar negeri dari Jepang, China, dan Korea Selatan berupaya mencapai kerja sama trilateral berdasarkan kesamaan pandangan di berbagai bidang seperti penuaan, penurunan angka kelahiran, bencana alam, dan ekonomi hijau dalam sebuah pertemuan yang berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan.
Dalam konferensi pers bersama setelah pembicaraan, Menteri Luar Negeri Jepang, Takeshi Iwaya, mengatakan bahwa ia, mitranya dari China, Wang Yi, dan Cho Tae-yul dari Korea Selatan sepakat untuk meningkatkan saling pengertian dan kepercayaan, sembari mengatasi berbagai masalah bersama dan lintas generasi guna memperoleh dukungan yang lebih luas bagi kerja sama trilateral.
Iwaya menekankan kekhawatirannya tentang pengembangan nuklir dan rudal Korea Utara serta kerja sama dengan Rusia sebagai ancaman, dan menekankan perlunya untuk mengejar denuklirisasi penuh Korea Utara berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Iwaya menegaskan kembali kecaman Jepang atas perang Rusia di Ukraina. Ia mengatakan tidak ada tempat di dunia ini untuk upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan, sebuah pesan halus tentang meningkatnya ketegasan China di kawasan tersebut.
Wang mengatakan China mendukung pembentukan ekonomi regional bersama dan mengusulkan dimulainya kembali pembicaraan tentang kerangka ekonomi untuk ketiga negara dan mempromosikan perluasan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional yang beranggotakan 15 negara, atau RCEP.
Wang mengatakan kerja sama trilateral di berbagai bidang termasuk teknologi dan pertukaran iklim akan "berfungsi sebagai kekuatan pendorong utama bagi kerja sama Asia Timur."
Pertemuan hari Sabtu (22/3) difokuskan pada rencana untuk pertemuan puncak para pemimpin trilateral akhir tahun ini di tengah meningkatnya ketidakpastian politik dan ekonomi di dalam negeri dan tantangan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Pertemuan tiga pihak tersebut merupakan prestasi bagi Jepang, yang memiliki sengketa historis dan teritorial dengan China dan Korea Selatan. Iwaya mengatakan ia akan mempercepat upaya untuk mencapai pertemuan puncak para pemimpin di Jepang akhir tahun ini.
Secara terpisah, delegasi dari Jepang dan China pada hari Sabtu malam mengadakan dialog ekonomi tingkat tinggi pertama mereka sejak April 2019, yang dihadiri oleh puluhan pejabat dari kementerian keuangan, ekonomi, transportasi, lingkungan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Memperluas kerja sama ke area baru dan memperkuat komunikasi adalah kunci untuk mempromosikan hubungan yang komprehensif dan saling strategis antara Jepang dan China, kata Wang.
Namun, ekonomi global sekarang menghadapi perubahan serius, dengan unilateralisme dan proteksionisme yang semakin cepat dan politisasi sains dan teknologi, serta perluasan keamanan nasional telah merajalela, kata Wang dalam kritik yang tampaknya ditujukan kepada Trump.
Iwaya kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa Jepang dan China mengakui kemajuan dalam proses yang disepakati bersama menuju pencabutan larangan China atas impor makanan laut Jepang.
Beijing telah melarang makanan laut Jepang sejak dimulainya pembuangan air limbah radioaktif yang diolah ke laut dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang dilanda tsunami pada Agustus 2023.
Iwaya dan Cho bertemu secara terpisah dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk menjaga komunikasi guna menyelesaikan masalah bilateral, bekerja sama untuk denuklirisasi penuh Korea Utara, dan memperkuat kerja sama tiga arah dengan Amerika Serikat di tengah meningkatnya ketidakpastian global, kata Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Tokyo dan Beijing sepakat pada bulan Desember untuk meningkatkan hubungan meskipun ada perbedaan pendapat, termasuk perselisihan mengenai perebutan wilayah di Laut Cina Timur dan sejarah masa perang. (AP)
Editor : Sabar Subekti

Baharkam Polri Siagakan Ambulans Udara Selama Mudik Lebaran
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Direktorat Kepolisian Udara Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri mula...