Jepang Menuntut Balas Kematian Kenji Goto
TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan dirinya tidak akan memaafkan Negara Islam Irak dan Siria (NIIS) yang telah memenggal dua warga negaranya.
Kemarin (1/2) Shinzo Abe melontarkan kata-kata keras di tengah memuncaknya kemarahan rakyat Jepang yang ditumpahkan melalui media sosial atas tindakan barbar NIIS yang telah menyandera kemudian membunuh Kenji Goto, satu dari dua wartawan yang kehilangan nyawa secara keji.
"Saya marah dengan tindakan tidak berperikemanusiaan dan biadab terorisme," kata dia dalam pernyataan resmi. "Saya tidak akan pernah memaafkan teroris tersebut."
Ia menambahkan, Jepang akan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk membuat teroris menebus kejahatan mereka, sekaligus melindungi rakyatnya.
Abe menghadapi tugas yang rumit saat ia berusaha untuk membawa Jepang ke peran yang lebih besar dalam keamanan global, dalam kebijakan yang dikenal sebagai "pasifisme proaktif." Dengan adanya ancaman dari NIIS dan menjadikan Jepang sebagai target, ia perlu untuk menghindari serangan balasan di dalam negeri yang selama ini dihargai karena pasifismenya itu.
"Abe harus sadar terhadap tantangan politik dalam negeri," kata Peter Jennings, direktur eksekutif Institut Kebijakan Strategis Australia di Canberra. "Sepertinya ada beberapa keraguan dalam pikiran masyarakat untuk mendukung peran yang lebih aktif," katanya. "Bagaimana masyarakat Jepang bereaksi terhadap dua kematian tersebut akan mengarah kembali ke masalah kebijakan luar negeri dan keamanan Abe yang saat ini sedang dia promosikan."
Dalam video yang dimaksudkan untuk menunjukkan kematian Goto, seorang pria bertopeng mengatakan keputusan Abe untuk mengambil bagian dalam "perang yang tidak akan pernah dimenangkan" membuat Jepang jadi negara target kelompok jihadis. Dia mengancam akan "membantai rakyat Anda dimana pun ditemukan" dan memperingatkan "mimpi buruk bagi Jepang."
Berbicara pada pembukaan rapat partai yang berkuasa pada hari Senin di Tokyo, Abe mengatakan Jepang tidak akan tunduk kepada teroris, dan akan meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Timur Tengah.
"Kita mengambil sikap tegas dalam tanggung jawab Jepang untuk masyarakat internasional memerangi terorisme," katanya. "Ini adalah satu-satunya cara menghadapi terorisme."
Sejak berkuasa Abe telah meningkatkan pengeluaran militer dan menghapus larangan ekspor alat-alat pertahanan. Ia juga menafsirkan ulang konstitusi pasifis yang dibuat AS, untuk memperbolehkan Jepang membela negara lain. Sekarang ia harus melindungi warga Jepang dari ancaman terorisme global, dan mungkin mencari kekuatan lebih lanjut untuk pasukan pertahanan negaranya.
"Dia tidak diragukan lagi akan mengulangi argumennya bahwa kekuatan militer yang lebih besar akan melindungi kehidupan Jepang yang lebih baik," kata Koichi Nakano, seorang profesor politik di Universitas Sophia di Tokyo. "Dia akan mencoba untuk mengambil keuntungan dari situasi ini" untuk mendorong perubahan itu, Nakano menambahkan. (bloomberg)
Editor : Eben Ezer Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...