Obama: Mayoritas Muslim Menolak Ideologi Islam Radikal
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Presiden Barack Obama menolak tuntutan sementara kalangan untuk memberi label perang melawan Islam radikal atau 'perang agama' kepada upaya negara itu memerangi terorisme. Label semacam itu menurutnya akan melukai upaya untuk membasmi ideologi radikal dalam masyarakat Muslim.
"Saya berpikir bahwa cara untuk memahami ini adalah ada satu elemen yang tumbuh di komunitas Muslim yang telah menyelewengkan agama, memeluk paham nihilistik, kekerasan, interpretasi abad pertengahan terhadap Islam. Dan mereka melakukan pengrusakan di banyak negara di seluruh dunia," kata dia dalam sebuah wawancara dengan CNN yang disiarkan pada hari Minggu (1/2).
"Tetapi saya sama sekali menolak gagasan bahwa ini menciptakan perang agama karena mayoritas Muslim menolak interpretasi Islam semacam itu. Mereka bahkan tidak mengenalinya sebagai Islam, "kata Presiden kepada Fareed Zakaria dari CNN. Wawancara itu direkam di New Delhi selama kunjungan Obama ke India.
Obama juga memperingatkan akan risiko melebih-lebihkan ancaman kelompok teror. Ia mengatakan AS seharusnya justru merangkul dengan mayoritas Muslim yang menolak ideologi dan taktik kelompok teroris radikal seperti NIIS dan Al-Qaeda.
"Saya tidak berdalih dengan label. Saya pikir kita semua mengakui bahwa ini adalah masalah tertentu yang memiliki akar dalam komunitas Muslim, "kata Obama. "Tapi saya pikir kita merugikan diri sendiri jika kita tidak memperhitungkan fakta bahwa mayoritas umat Islam menolak ideologi ini."
Partai Republik mengkritik Obama dalam beberapa pekan terakhir karena menolak menyebut ancaman teror terhadap AS dan Barat sebagai ekstremisme Islam atau berakar pada Islam radikal. Obama bertahan untuk mengutuk terorisme dan ekstremisme kekerasan.
"Kita berada dalam perang agama dengan Islam radikal," kata Senator Lindsey Graham kepada Fox News awal bulan ini.
"Ketika saya mendengar Presiden Amerika Serikat dan juru bicara utamanya tidak mau mengakui bahwa kita berada dalam perang agama, itu benar-benar mengganggu saya," kata dia.
Obama mengatakan Amerika Serikat perlu waspada dalam menyikapi klaim kemenangan teroris yang dilebih-lebihkan serta ancaman yang ditujukan kepada AS.
Presiden Obama menekankan bahwa di satu sisi ia sadar akan "biaya yang mengerikan dari terorisme," namun di sisi lain ia menegaskan bahwa kelompok teror bukan merupakan "ancaman eksistensial bagi Amerika maupun tatanan dunia."
"Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa mereka bisa membahayakan.Tapi kita memiliki kapasitas untuk mengontrol respon kita dengan cara yang tidak melemahkan esensi dari apa dan siapa kita. Itu berarti bahwa kita tidak menyiksa, misalnya, dan dengan demikian merusak nilai-nilai dan kredibilitas kitai di seluruh dunia, "kata Obama.
"Ini berarti bahwa kita tidak melakukan pendekatan dengan strategi mengirimkan tentara untuk menduduki dimanapun kelompok teroris muncul karena itu akan menguras kekuatan ekonomi kita dan menempatkan beban besar pada militer kita," lanjut dia.
AS, menurut Obama, perlu respon yang tajam untuk untuk mengatasi ancaman-ancaman spesifik terhadap AS tanpa mengasingkan mayoritas Muslim yang damai dan yang menolak ekstremisme.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...