Jerman Menentang Keluarnya Turki dari NATO
BERLIN, SATUHARAPAN.COM - NATO harus mempertahankan Turki sebagai anggota meski meningkatnya ketegangan atas kampanye Ankara untuk referendum kontroversialnya, ungkap Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen pada Rabu (15/3).
“Turki memang menyulitkan kita di NATO. Tetapi tidak ada satu pihak pun yang perlu percaya bahwa jika Turki berada di luar NATO mereka akan lebih mendengarkan kita atau lebih mudah berurusan dengan kita dibandingkan ketika mereka berada di dalam NATO,” katanya kepada AFP.
Von der Leyen, yang menjabat sebagai menteri pertahanan di pemerintahan Kanselir Angela Merkel sejak 2013, mengatakan bahwa NATO memberikan platform bagi negara-negara Barat untuk “mendiskusikan keyakinan kita tentang demokrasi dan masyarakat yang terbuka.”
Dia memperingatkan bahwa membiarkan ketegangan yang terjadi saat ini dengan Ankara sampai ke tingkat perpecahan permanen akan memberi dampak negatif bagi masyarakat Turki.
“Kita tidak boleh meninggalkan warga Turki yang tidak menginginkan ekspansi kewenangan presiden dalam referendum mendatang,” katanya.
Ankara terjebak dalam perselisihan dengan beberapa negara Eropa yang menghentikan kampanye sejumlah menteri Turki di wilayah mereka menjelang referendum pada April yang ditujukan untuk memperluas kewenangan Erdogan. Pemimpin Turki tersebut mengecam dan menyamakan larangan itu seperti “praktik yang dilakukan oleh Nazi.”
Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere pada Selasa mengatakan bahwa Ankara memposisikan diri sebagai korban dari sekutu NATO mereka untuk menggalang dukungan menjelang referendum.
Di tengah ketegangan, Florian Hahn, politikus dari partai Christian Social Union (CSU) yang dipimpin Merkel, menyerukan agar Berlin menarik pasukannya yang ditempatkan di pangkalan udara Incirlik Turki.
Von der Leyen menolak seruan itu, mengatakan bahwa tentara tersebut tidak berada di Incirlik untuk melindungi Turki tetapi sebagai bagian dari koalisi internasional untuk melawan kelompok ISIS “yang sedang memasuki fase menentukan di Raqa dan Mosul.”
“Itu akan melemahkan kita dan tidak akan menjadi keputusan yang cerdas.”(AFP)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...