Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 08:54 WIB | Kamis, 24 Oktober 2013

Jerman Minta Penjelasan AS Tentang Penyadapan Telepon Kanselir

Presiden AS, Barack Obama, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel. (Foto: dok.)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Kanselir Jerman, Angela Merkel, meminta pejabat Amerika Serikat mengklarifikasi tentang mata-mata AS di Jerman, termasuk memantau telepon seluler pribadi Kanselir.

Markel menyebut bahwa pihaknya menerima informasi bahwa AS mungkin telah memata-matai telepon selulernya. Seorang juru bicara Merkel mengatakan bahwa pemimpin Jerman itu "memandang praktik-praktik seperti... sebagai benar-benar tidak dapat diterima," seperti dikutip bbc.co.uk.

Merkel meminta pejabat AS untuk mengklarifikasi sejauh mana pengawasan mereka di Jerman. Hal ini menyusul kaburnya mantan pegawai NSA (National Security Agency), Edward Snowden, yang membocorkan praktik intelijen AS mematai-matai negara lain.

Hal ini telah mendorong kemarahan yang meluas terhadap AS, termasuk negara-negara sekutu AS. Bahkan Presiden AS, Barack Obama  juga harus meyakinkan Presiden Prancis, Francois Hollande, atas tuduhan media Le Monde, bahwa AS menyadap informasi elektronik pemimpin Prancis dan pemimpn bisnis negara itu dalam skala besar.

Sebelumnya, kemarahan muncul pada Presiden Brasil, Dilma Rousseff, yang membatalkan acara jamuan makan malam dengan Obama. Dia bahkan membatalkan kunjungannya bulan lalu menyusul tuduhan bahwa NSA menyadap komunikasi pribadinya.

Reaksi Gedung Putih

Pihak Gedung Putih mengatakan Presiden Obama telah memberitahu Kanselir Merkel  dan menjelaskan bahwa AS tidak mengintip komunikasinya.

"Amerika Serikat tidak memantau dan tidak akan memonitor komunikasi kanselir," kata juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, Rabu (23/10). Namun Angela Merkel sendiri yakin tuduhan ini cukup masuk akal.

"Presiden meyakinkan Kanselir bahwa Amerika Serikat tidak memantau dan tidak akan memonitor komunikasi dari Kanselir Merkel." Namun pernyataan itu tidak menyinggung untuk menyangkal kemungkinan pengawasan komunikasi telepon pada masa lalu.

Carney mengatakan kepada wartawan bahwa Washington sedang memeriksa kekhawatiran dari Jerman, Prancis dan sekutu Amerika lainnya atas praktik intelijen AS. Tapi dia tidak menyebutkan apakah telepon Merkel telah dipantau di masa lalu.

Berlin mengangkat isu ini secara serius. Pihak Merkel menuntut "penjelasan langsung dan komprehensif" dari Washington tentang apa yang dikatakan "akan menjadi pelanggaran serius terhadap kepercayaan".

Dalam sebuah pernyataan pemerintah Jerman mengatakan, "Di antara teman-teman dekat dan mitra, seperti Republik Federal Jerman dan Amerika Serikat yang selama telah berlangsung beberapa dekade, seharusnya tidak ada monitoring dari komunikasi kepala pemerintahan."

Sebelumnya, majalah berita Der Spiegel mempublikasikan cerita berdasarkan bahan dari Edward Snowden, dan mengatakan informasi itu datang dari investigasinya. AS sendiri membantah laporan tentang tindakan mata-mata AS yang mencatat data dari 70 juta panggilan telepondi Prancis dalam kurun 30 hari.

Meksiko

Sementara itu, muncul juga berita bahwa intelijen AS memata-matai Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto presiden sebelumnya. Mantan Presiden Meksiko, Vicente Fox, Rabu kemarin mengatakan, tentu saja dia dimata-matai ketika berkuasa dalam kurun 2000 - 2006. Hal itu juga terjadi pada penerusnya, Felipe Calderon dan Enrique Pena Nieto.

“Salah satunya pasti digunakan untuk hal tersebut,” ujar Fox kepada radio MVS, dan menambahkan bahwa aksi spionase tersebut dimulai sebelum dirinya menjabat. “Selama kampanye pemilu saya, mereka mengikuti langkah demi langkah, setiap hari, memfilmkan dan merekam,” katanya seperti dikutip kantor berita AFP.

Namun Fox meremehkan aktivitas intelijen semacam itu yang dilakukan negara tetangga di sebelah utara, dengan mengatakan bahwa semua pemerintahan, termasuk Meksiko, saling memata-matai. “Ini bukan hal baru bahwa ada aksi spionase di setiap pemerintahan di dunia ini, termasuk Meksiko,” kata dia. “Saya tidak mengerti skandal tersebut.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home