Jerman Protes Menpora Turki Sita Rekaman Milik DW
BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Komisaris Media dan Budaya Jerman, Monika Grütters, mendapat dukungan Bundestag (parlemen) yang memprotes Menteri Pemuda dan Olahraga Turki yang menyita rekaman wawancara milik media Jerman, Deutsche Welle (DW).
"Penyitaan materi rekaman wawancara televisi dengan menteri, seperti kasus di Turki kemarin, sama sekali bukan konsep kita tentang kebebasan pers," katanya. "Ini peringatan yang sangat mengkhawatirkan."
Insiden ini terjadi setelah Michel Friedman dari DW merekam wawancara dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Turki, Akif Cagatay Kilic untuk acara talk show "Zona Konflik". Pembicaraan mereka menyentuh kudeta gagal pada bulan Juli dan konsekuensi lanjutannya, menurut situs DW.
Namun pada akhirnya, juru bicara Kilic menginstruksikan agar DW tidak mengudarakan wawancara itu. Ketika Friedman protes, video rekaman disita oleh staf kementerian.
Hubungan Yang Memanas
DW memberitahu kasus itu kepada Kantor Luar Negeri Jerman. Dan Duta Besar Jerman untuk Turki, Martin Erdmann, berbicara dengan pejabat dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Dia menekankan bahwa kebebasan pers "sangat dihargai" di Jerman, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Martin Schäfer.
Pembicaraan itu dinilai konstruktif, menurut Schäfer, di mana kedua pihak menyatakan harapan peristiwa itu "tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut hubungan Jerman-Turki."
Hubungan Turki - Jerman menghadapi ketegangan setelah resolusi yang dikeluarkan Bundestag mengakui terjadinya pembantaian oleh Kekaisaran Ottoman Turki terhadap warga Armenia pada tahun 1915 sebagai genosida.
Hubungan yang memanas itu juga berlanjut setelah perkembangan politik di Ankara sejak kudeta yang gagal. Sebelumnya Turki dengan Uni Eropa juga menghadapi masalah hubungan terkait keanggotaan Turki yang terus tertunda, dan masalah imigran.
Menurut DW, para pejabat Turki tidak menyangkal bahwa rekaman itu diambil, kata Schäfer. Namun mereka tidak menggambarkan insiden itu sebagai penyitaan. Pemerintah Jerman mendukung DW untuk mendapatkan kembali materi video itu.
"Kebebasan pers kita benar-benar tidak bisa diganggu gugat," kata Monika Grütters.
Kebebasan Pers dan Demokrasi
Gunther Krichbaum, Wakil Bundestag dan anggota Partai Demokrat Kristen (CDU), mengatakan materi itu adalah milik DW untuk dipublikasikan. Pemerintah Turki harus tahu bahwa tanpa kebebasan pers tidak ada kebebasan berekspresi; tanpa itu juga tidak ada demokrasi.
"Demokrasi adalah nilai inti Uni Eropa, kata Krichbaum. "Jika Anda sedang berusaha untuk satu hari menjadi anggota Uni Eropa, Anda harus berusaha berbagi nilai ini."
"Ini adalah pukulan kebebasan pers di Turki," kata Wakil Bundestag, Martin Dormann, dari Partai Sosial Demokrat (SPD). Dia menuntut Turki secepatnya menyerahkan materi itu. "Deutsche Welle jelas tidak menyenangkan bagi rezim otoriter, karena menegakkan jurnalisme independen," kata Dormann.
Wakil Ketua Partai Hijau, Cem Özdemir, mengatakan bahwa insiden itu menunjukkan pemahaman tentang demokrasi pemerintah Turki di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan. "Jelas, wawancara dengan media internasional ditangani dengan cara sama media Turki yang dibatasi kebebasannya," katanya kepada DW.
Özdemir menyebutkan situasi sulit yang dihadapi wartawan di Turki, yang sering takut diserang atau ditahan. "Saya berharap lebih banyak dukungan, termasuk dari kanselir dan Gabriel," katanya, mengacu pada kanselir Ange merkel dari CDU dan Wakil Kanselir Sigmar Gabriel, yang juga Ketua SPD.
Editor : Sabar Subekti
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...