Jerman vs Aljazair: Balas Dendam yang Tertunda
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - "Balas dendam" yang tertunda, aroma inilah yang akan menyelimuti perjumpaan Aljazair melawan Jerman pada perdelapan final Piala Dunia 2014. Tiga puluh tahun lalu pada piala dunia 1982, kedua kesebelasan (saat itu masih Jerman Barat) berada di grup yang sama, Grup-2 bersama dengan Austria dan Cile.
Hingga pertandingan ketiga, Aljazair telah mengantongi 4 poin hasil dari 2 (dua) kali kemenangan, begitupun Austria. Sementara Jerman Barat masih memiliki 2 poin hasil kemenangan dari Chili, kalah 2-1 dari Aljazair. Di pertandingan terakhir, Jerman Barat menghadapi Austria.
Pertandingan kedua kesebelasan tersebut dianggap tidak serius, karena dengan kemenangan 1-0, Jerman Barat akan lolos dari grup bersama Austria. Dan itulah yang terjadi: serigala padang pasir tersingkir dengan poin yang sama yang dimiliki Austria dan Jerman Barat.
Tiga puluh dua tahun setelah itu, kedua kesebelasan bertemu kembali di Brasil. Kondisinya tentu sudah banyak berubah.
Jerman selalu menjadi tim unggulan dalam gelaran piala dunia. Dalam tiga penyelenggaraan piala dunia mereka selalu lolos sampai semi final, bahkan pada piala dunia 2002 menjadi runner-up. Spesialis turnamen, inilah julukan yang pas bagi Jerman.
Tidak berlebihan sebenarnya julukan itu mengingat Jerman selalu bermain maksimal hingga tujuh pertandingan dengan tingkat kompetisi dan permainan yang ketat. Dalam Piala Dunia 2014, mereka datang dengan tim yang semakin matang meskipun didominasi pemain muda.
Revolusi Klinsmann sejak tahun 2004 membuahkan hasil tim yang solid gabungan antar dua generasi dengan kerjasama antarlini yang terorganisir dengan rapi. Secara keseluruhan, bisa dikatakan inilah tim terbaik yang berlaga di Piala Dunia 2014: kerjasama antarlini yang rapi, komposisi pemain, strategi yang pas, pemain pengganti yang komplit, serta suasana ruang ganti yang kondusif.
Kalaupun ada yang kurang, sesungguhnya hanyalah masalah mental menjadi juara. Ini menjadi masalah serius Loew sejak memegang kendali die mannschaft dari Klinsmann.
Hilangnya staying power
Jika ingin memenangi piala, Jerman harus sesegera mungkin menemukan semangat staying power. Ini menjadi masalah serius bagi Jerman. Setelah memenangi piala eropa 1996, semangat itu seolah hilang dari tim Jerman. Motivasi, ini yang belum muncul dalam tim Jerman sejak piala dunia 2002. Piala dunia 2002, bisa dikatakan Jerman tampil dengan tim pas-pasan. Meski begitu mereka mampu menembus partai puncak.
Revolusi Klinsmann dalam merombak permainan dengan menyertakan pemain muda memberikan warna lain: tim Jerman yang lebih bertenaga. Bisa dikatakan, Klinsmann kurang berhasil dalam menyuntikkan semangat staying power yang selama ini menjadi warna khas Jerman. Ini bisa dilihat saat Balotelli menjebol gawang Jerman di piala eropa 2012, langsung merontokkan semangat pemain Jerman.
Di masa lalu, ketinggalan 2 gol hingga menit ke delapan puluh tidak mengubah warna permainan Jerman, bahkan bisa menyulut semangat bermain lebih menyerang sehingga bisa mengubah hasil akhir pertandingan. Final piala dunia 1986 menjadi contoh.
Jerman datang ke Brasil dengan komposisi pemain terbaik yang pernah dimiliki Jerman sejak piala dunia 1990. Lahm-Boateng-Hummel menjadi pilar pertahanan yang tangguh, pemain tengah yang memiliki kemampuan yang hampir sama dengan intuisi membuat gol yang tinggi ada pada diri Mueller-Kroos-Goetze-Podolski-Oezil, akan menambah daya dobrak Jerman mengingat mereka pun dapat berperan sebagai pemain depan yang mematikan saat diperlukan dalam penyerangan.
Sejak mundurnya Augenthaler, belum lahir libero yang menjadi jangkar bagi timnas Jerman, Khedira menjadi berkah bagi timnas Jerman. Peran Khedira di tim Jerman yang mirip dengan Pirlo di tim Itali sayangnya cedera yang sering menghinggapi pemain ini menjadi masalah serius bagi tim Jerman sehingga sering tergelincir pada pertandingan yang menentukan akibat tidak maksimalnya permainan Khedira.
Kedua kesebelasan akan bertemu pada Selasa (1/7) dini hari WIB di Estadio Beira-Rio Porto Alegre untuk memperebutkan satu tempat di perempat final.
Aljazair, Piala Dunia 2014 menjadi pencapaian terbaik bagi tim Aljazair yakni lolos dari fase grup. Melihat komposisi pemain, sesungguhnya tim serigala padang pasir tidak datang dengan tim yang muda. Jika melihat penampilan terakhir fase grup saat menghadapi Rusia, penampilan Aljazair pada babak berikutnya cukup menjanjikan mengingat Rusia adalah tim yang sulit untuk dikalahkan, bahkan untuk sekedar menahan imbang Rusia pun memerlukan upaya yang ekstra.
Bougherra masih akan menjadi pemain sentral dalam upaya menyusun pertahanan Aljazair. Sementara tandem Yebda-Bentaleb dalam memainkan irama permainan sejauh ini cukup menjanjikan baik dalam memanfaatkan lebar lapangan maupun dalam menusuk langsung ke jantung pertahanan lawan. Lini depan masih menjadi beban Halilhozic meskipun mereka mampu membuat 4 gol ke gawang Korea Selatan.
Jerman memiliki pilihan pemain tengah yang cukup banyak. Selagi mereka dengan disiplin memainkan pola khasnya dengan disiplin, Yebda-Bentaleb akan sedikit kesulitan memenangkan duel lapangan tengah. Selebihnya, Oezil akan banyak berperan memanfaatkan lebar lapangan bersama dengan Podolski, di saat bersamaan seperti biasanya Mueller bisa bebas bergerak dari sisi yang tidak terduga. Jika ini tidak diantisipasi dengan baik oleh Bougherra, Jerman akan melenggang ke babak berikutnya.
Pertandingan yang beraroma 'balas dendam' ini akan berjalan menarik: keinginan Jerman membalas kekalahan 2-1 pada piala dunia 1982 di sisi lain pembuktian Aljazair atas kemampuan mereka saat ini, sekaligus pembuktian kemampuan mereka 32 tahun silam.
Prediksi Susunan Pemain:
Jerman: Neuer (gk), Lahm, Boateng, Mertesacker, Hummels, Höwedes, Kroos, Göetze, Khedira, Özil, Müller.
Aljazair: M’Bolhi (gk), Mandi, Mesbah, Belkalem, Halliche, Medjani, Bentaleb, Djabou, Feghouli, Brahimi, Slimani
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...