Jesreel Sigalingging, Siswa SDK 4 Penabur Peraih Medali Emas OSN 2018
SATUHARAPAN.COM – Provinsi DKI Jakarta merebut gelar juara umum Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2018. Dalam kompetisi yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat, 1-7 Juli 2018 itu, tim DKI Jakarta meraih 19 medali emas, 24 medali perak, dan 29 medali perunggu.
Salah satu peraih medali emas itu adalah Jesreel Hasiholan Tua Sigalingging, siswa Sekolah Dasar Kristen (SDK) 4 Penabur, Cipinang Indah, Jakarta Timur. Usianya 10,5 tahun, dan kini ia duduk di kelas VI. Prestasinya yang gemilang di ajang OSN disambut sekolah dengan memampangkan poster kemenangannya berikut fotonya di dekat gerbang masuk SDK 4.
Irit bicara, namun senyum tak lekang menghiasi wajahnya selama berbincang dengannya di ruang Kepala Sekolah SDK 4 Penabur, Widi Astuti, Rabu (8/8) pagi. “Memang begitulah dia kalau bertemu orang yang pertama kali dia kenal,” kata Tiur Hotdelima Simanullang, ibunya, yang turut menemaninya dalam perbincangan dengan Satuharapan.com.
Padahal, menurut guru pembimbing matematika yang juga Wakil Kepala SDK 4 Penabur, Tinneke Hadiati Suheli, Jesreel anak yang “gaul”, bersemangat, walaupun sering berubah menjadi pemalu jika diminta mengerjakan tugas di depan kelas.
“Di rumah dia bercerita tentang sekolahnya, tentang kegiatannya. Bercerita sendiri. Kalau ditanya, jawabannya tidak sebanyak kalau dia bercerita sendiri,” ibunya menambahkan.
Di antara Berhitung dan Baca Buku
Sulung dari dua bersaudara anak pasangan Tiur Hotdelima Simanullang dan Agustinus Sigalingging ini tidak meraih prestasinya secara instan. Menyukai matematika sejak kecil, dan terbiasa berlatih mengerjakan soal-soal, mengantar langkahnya menjajal kemampuan berkompetisi di berbagai ajang kompetisi.
Semua itu diawali ketika ia masuk Math Club di sekolah. Tinneke Suheli, sebagai pembimbing, kemudian memberikan kesempatan Jesreel dan teman-temannya di Math Club untuk berkompetisi mulai dari tingkat kecamatan, ke tingkat pemerintah kota, tingkat provinsi, hingga ke ajang SASMO (Singapore and Asian Schools Math Olympiad), dan kemudian AMO (American Mathematics Olympiad), sebelum meraih prestasi di OSN. “Tahapannya berjenjang, untuk pengenalan,” katanya.
Jesreel, kelas IV pada waktu mengawali terjun ke kompetisi, terus melangkah meraih prestasi demi prestasi, hingga saat ini. Medali emas demi medali emas berhasil ia kumpulkan, “Dari SASMO dua gold, AMO juga gold, lalu OSN juga medali emas,” kata anak laki-laki yang berkacamata sejak taman kanak-kanak ini.
Ia mengaku sempat deg-degan ketika terjun berkompetisi di OSN. Tentang pesaing, Jesreel menyebut Tim Jawa Tengah sebagai pesaing kuat. Namun, selebihnya, seperti diceritakan Tinneke, Jesreel fokus mengerjakan tugas sebaik-baiknya, “Ia sangat menikmati saat-saat mengerjakan soal-soalnya, sangat fokus. Seperti ulangan biasa di sekolah. Saya hanya berpesan untuk mengerjakan sebaik-baiknya. Memeriksa hasilnya sekali lagi.”
Matematika bagi Jesreel adalah dunia yang mengasyikkan. Pelajaran ekstrakurikuler yang ia pilih pun tak jauh dari kegemarannya itu, yakni komputer. Seusai jam mata pelajaran, ia punya kebiasaan masuk ruangan Math Club, meminta tugas mengerjakan soal-soal matematika. “Seperti anak kecil yang minta makan pada jam makan. Seperti sudah menjadi kebutuhannya. Begitu bersemangat ia mengerjakan, sering sambil bersenandung,” Tinneke menggambarkan.
Jesreel, mengaku belajar memainkan alat musik piano pada waktu duduk di bangku taman kanak-kanak hingga kelas tiga SD. Namun, ia berhenti memainkannya, karena lebih suka membaca buku dan mengutak-atik matematika. Kini ia mengaku lebih senang mendengarkan musik. Ia tahu penyanyi sekelas Ariana Grande, Camila Cabello, termasuk lagu-lagu terkenal mereka.
Selain itu, ia suka membaca. Jesreel membaca buku sains dan serial tokoh. Tentu ia baca tentang Bill Gates dan Mark Zuckerberg.
Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk mengikuti berbagai kompetisi membuatnya kini sering masuk karantina. Itu berarti ia, bersama teman-teman dari berbagai sekolah, harus masuk hotel untuk menjalani proses seleksi tahap lanjutan.
Dalam hitungan beberapa hari ke depan, misalnya, ia harus masuk karantina untuk persiapan mengikuti IMSO, International Mathematics and Science Olympiad, yang ditangani kementerian. IMSO 2018 dijadwalkan dilangsungkan di Provinsi Zhejiang, Tiongkok. Berkaitan dengan IMSO, ia hanya berharap dapat mempertahankan prestasinya dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Sering masuk karantina juga membuatnya merelakan waktu berenang dan bersepeda. Jesreel mengaku tidak mendapatkan kesulitan sering berpisah dengan orang tuanya. Sejak kecil ia sudah belajar mandiri. “Jesreel anak yang sejak kecil tidak menyusahkan,” kata Tiur, yang sama dengan suaminya, berlatar belakang pendidikan geodesi. Selain Jesreel, pasangan itu memiliki anak balita Gevariel Mangiring Sigalingging.
Jesreel, menurut Tiur, terbiasa bermain sendiri. Sejak kecil, Jesreel yang dilahirkan di Samarinda, Kalimantan Timur, dapat menciptakan keasyikan sendiri dengan mainan lego dan puzzle. Beranjak besar, ia mendapat kesempatan untuk mengutak-atik laptop.
Cita-cita Jesreel tampaknya tidak jauh-jauh dari dunia yang ia geluti saat ini, matematika dan komputer. Ia mantap mengatakan ingin menjadi seorang programmer.
OSN 2018 Memperebutkan 420 Medali
OSN XVII tahun 2018 diikuti 1.433 siswa, terdiri atas tingkat SD/MI sebanyak 272 siswa, SMP/MTs 396 Siswa, dan SMA/MA 765 siswa.
Peserta OSN berlaga dalam 11 bidang lomba, yaitu Matematika, IPA, IPS, Informatika/Komputer, Kimia, Fisika, Biologi, Kebumian, Geografi, Astronomi, dan Ekonomi.
Jenjang SD, mengikuti perlombaan mata pelajaran IPA dan Matematika. Peserta jenjang SMP mengikuti perlombaan mata pelajaran Matematika, IPA, dan IPS. Di jenjang SMA diperlombakan sembilan bidang sains, yaitu Fisika, Kimia, Matematika, Astronomi, Biologi, Ilmu Kebumian, Informatika/Komputer, Geografi, dan Ekonomi.
Peserta OSN 2018, mengutip dari laman resmi kemdikbud.go.id, memperebutkan 420 medali dengan perincian: 70 medali emas, 140 medali perak, dan 210 medali perunggu.
Dari perolehan medali itu, seperti dilansir laman BPK Penabur Jakarta, siswa-siswi di lingkungan BPK Penabur Jakata meraih satu medali emas, dua medali perak, dan 1 medali perunggu untuk tingkat SD. Untuk tingkat SMP, siswa-siswi Penabur meraih satu medali emas, dua medali perak, dan tiga medali perunggu. Untuk tingkat SLTA, siswa-siswi Penabur meraih empat medali emas, lima medali perak, dan tujuh medali perunggu.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...