Jihadis Rebut Mosul, Irak, Kemanusiaan Terancam
ROMA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah komunitas Katolik Italia pada Rabu (11/6) memperingatkan akan kekerasan terhadap umat Kristen di Irak, tempat jihadis merebut Mosul dan membuat jutaan orang lari dari rumah mereka. Tidak hanya umat Kristen, jihadis juga menculik konsul jenderal Turki di Mosul dan seluruh staf. Juga, mengancam orang-orang yang tidak sealiran dengan kelompok mereka.
“Menurut informasi dari Mosul, sepertinya umat Kristen kembali menjadi korban terorisme dan pertumpahan darah,” kata komunitas Sant'Egidio, yang mengusung dialog antara kedua agama, dalam sebuah pernyataan.
“Ledakan kekerasan ekstremis mengancam sebuah proyek integrasi religius dan perkembangan sosial, berdasarkan keberadaan dan kolaborasi antara umat Kristen dan Muslim,” katanya.
Militan Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) dan sekutunya pada Selasa merebut Mosul dan provinsi Nineveh, dan sejak saat itu militan menguasai wilayah di Irak utara dan utara-tengah.
Hingga setengah juta warga Irak melarikan diri dari rumah mereka di Mosul saat ISIL berjanji di akun Twitter mereka “tidak akan menghentikan rentetan serangan yang diberkati ini.”
Sant'Egidio, yang mengatakan sekitar setengah dari 400.000 umat Kristen tinggal di provinsi Niniveh, mengungkapkan laporan jatuhnya “sejumlah korban” dan serangan di “bangunan-bangunan suci, gereja dan biara, yang dibakar.”
Sant'Egidio meminta komunitas internasional dan pemerintah Irak untuk “melakukan apa pun yang memungkinkan untuk menahan kekerasan yang merajalela.”
500.000 Warga Irak Tinggalkan Wilayah Mosul
Sekitar 500.000 warga Irak meninggalkan rumah mereka di kota terbesar kedua di Irak, Mosul, setelah para militan jihadis mengambil alih kota tersebut, khawatir akan meningkatnya kekerasan, ujar International Organization for Migration (IOM) pada Rabu.
Organisasi yang berbasis di Swiss tersebut mengatakan beberapa sumbernya di darat memperkirakan kekerasan dalam perebutan wilayah Mosul oleh Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) pada Selasa “mengungsikan 500.000 warga di dalam dan di sekitar kota tersebut.”
Kekerasan di Mosul “menyebabkan jumlah korban yang sangat tinggi di kalangan warga sipil,” ujar IOM, menambahkan bahwa “kampus medis, empat rumah sakit, tidak dapat diakses, saat terjadi pertempuran di area tersebut.”
“Beberapa masjid dialihfungsikan menjadi klinik untuk mengobati para korban,” ujarnya.
Beberapa kendaraan dilarang memasuki pusat kota tersebut, dan orang-orang terpaksa melarikan diri dengan berjalan kaki dalam menghadapi penembakan membabi-buta tersebut.
Permukiman di wilayah barat kota itu dilanda kekurangan air minum setelah stasiun air utama di area tersebut dihancurkan bom dan banyak keluarga menghadapi kekurangan makanan, ujar IOM.
IOM mengatakan pihaknya dan organisasi internasional lainnya menerima permintaan dari otoritas Irak lokal untuk membantu menangani situasi tersebut.
Jihadis ISIL Culik Konjen Turki dan 24 Stafnya di Irak
Jihadis yang menamakan dirinya Negara Islam Irak dan Levant (Islamic State of Iraq and the Levant atau ISIL) menyerbu konsulat Turki di kota Mosul Irak dan menculik konsul jenderal (konjen) beserta 24 stafnya, ujar seorang kolonel kepolisian.
“Para anggota ISIL berhasil menculik konjen Turki beserta 24 pengawal dan asistennya,” katanya.
Kolonel itu mengatakan dia sudah berbicara dengan salah satu penculik, yang mengatakan para korban penculikan “aman bersama kami,” dan akan dipindahkan ke “tempat yang lebih aman”.
Penculikan itu terjadi sehari setelah konsulat Mosul mengatakan para militan ISIL menyandera 28 sopir truk asal Turki.
Dalam serangan spektakuler terhadap pemerintahan yang dipimpin penganut Syiah, kelompok jihadis yang dipimpin ISIL pada Selasa menguasai Mosul, serta wilayah sekitarnya seperti provinsi Nineveh dan Kirkuk dan Salaheddin.
Pengambilalihan Mosul mendorong Amerika Serikat menyampaikan kekhawatiran mendalam mengenai situasi “sangat serius” dan memperingatkan ISIL menimbulkan “ancaman ke seluruh wilayah”.
Korban Penculikan ISIL 48 Orang, Turki Gelar Rapat Darurat
Korban penculikan para jihadis Negara Islam Irak dan Levant (Islamic State of Iraq and the Levant atau ISIL) yang menyerbu konsulat Turki di Mosul, Irak, menjadi 48 orang termasuk konjennya, ujar pejabat pemerintah Turki.
“Sebanyak 48 warga Turki seperti para konsulat, staf, pengawal dan tiga anak-anak diculik,” kata pejabat, yang namanya enggan disebutkan, kepada AFP.
“Semua (korban) dalam kondisi baik,” ujar pejabat itu.
“Kami memiliki informasi bahwa para diplomat dibawa ke markas ISIL di Mosul,” katanya.
Penyerangan militan ISIL ke konsulat Turki mendorong pemerintah Ankara menggelar pertemuan darurat.
Menurut pejabat itu, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengadakan pertemuan darurat bersama Deputi Perdana Menteri Besir Atalay dan kepala intelijen Turki Hakan Fidan guna membahas langkah keamanan dan bagaimana menjamin keamanan para korban yang diculik.
UE-Liga Arab Desak Rakyat Irak Kompak Perangi Jihadis
Uni Eropa (UE) dan Liga Arab pada Rabu mendesak berbagai kekuatan demokratik di Irak agar bersatu melawan jihadis Islam yang melancarkan serangan kejutan terhadap pemerintah Baghdad.
“UE dan Liga Arab menyerukan kepada berbagai kekuatan demokrasi di Irak untuk bekerja sama... guna mengatasi tantangan terhadap keamanan di Irak ini,” ujar pernyataan gabungan setelah pertemuan antara para menteri luar negeri UE dan negara Arab di Athena.
“Secara khusus, Liga Arab dan UE menyerukan terhadap pemerintah Irak dan wilayah Kurdistan untuk menggabungkan kekuatan politik dan militernya dengan tujuan untuk memulihkan keamanan di Mosul dan Nineveh,” seperti dilansir pernyataan itu.
Para jihadis Negara Islam Irak dan Levant (the Islamic State of Iraq and the Levant atau ISIL) serta sekutunya pada Selasa menguasai Mosul dan wilayah sekitar provinsi Nineveh serta sejumlah kota lainnya, dalam serangan mengejutkan terhadap pemerintah yang didominasi Syiah.
Selain itu para jihadis ini juga menyerang konsulat Turki di Mosul dan menculik konsulat jenderal bersama 24 stafnya, kata pihak kepolisian.
Serangan itu memicu eksodus massal warga sipil, dengan setengah juta rakyat Iran meninggalkan rumahnya.
Jihadis Sepenuhnya Kontrol Mosul Irak
Jihadis pada Rabu mengontrol sepenuhnya kota Mosul, Irak, berpatroli di jalanan dan meminta para pekerja untuk kembali bekerja sehari setelah merebut kota di bagian utara itu, ungkap sejumlah saksi.
Militan dari Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) pada Selasa berhasil menguasai Mosul dan beberapa kota utara yang dihuni Sunni Arab. Perebutan itu menjadi pukulan besar bagi pemerintah Irak yang menurut AS dapat mengancam keseluruhan wilayah itu.
Kelompok bersenjata, beberapa dari mereka berseragam militer dan lainnya berpakaian hitam, berjaga di sejumlah bangunan pemerintah dan bank, ungkap saksi yang dihubungi melalui telepon dari Bashqia, timur kota Mosul.
Mereka melalui pengeras suara meminta pada pejabat pemerintah untuk kembali bekerja.
Hassan al-Juburi (45) mengatakan bahwa militan menetapkan hukuman 80 cambukan bagi warga yang menggunakan singkatan “ISIL”.
“Saya tidak membuka pintu toko sejak Kamis lalu karena situasi keamanan,” tutur Abu Ahmed, pemilik toko berusia 30 tahun.
Sejumlah saksi melaporkan bahwa puluhan keluarga terus melarikan diri dari kota itu, namun Ahmed mengatakan: “Saya akan tetap di Mosul. Ini adalah kota saya, dan kota ini sekarang tenang.”
Tikrit Jatuh ke Tangan Jihadis Irak
Jihadis Negara Islam Irak dan Levant (Islamic State of Iraq and the Levant atau ISIL) pada Rabu merebut kota Tikrit Irak - ibu kota provinsi kedua yang jatuh dalam dua hari terakhir - dan membebaskan ratusan tahanan, kata pihak kepolisian.
“Seluruh wilayah kota Tikrit dalam genggaman jihadis,” ujar seorang kolonel kepolisian di ibu kota provinsi Salaheddin itu, yang kira-kira berada di antara Baghdad dan Mosul yang direbut ISIL , Selasa.
Seorang brigadir jenderal kepolisian mengatakan para jihadis menyerang dari sebelah utara, Barat dan Selatan kota itu, serta mereka berasal dari jihadis ISIL yang kuat.
Selain itu para jihadis membebaskan sekitar 300 tahanan dari penjara di Tikrit, ucap seorang mayor kepolisian.
ISIL memimpin serangan dahsyat yang dimulai pada Senin malam dan sejak itu menguasai seluruh provinsi Nineveh dan ibu kotanya Mosul serta Kirkuk di tenggara dan Salaheddin di sebelah selatannya.
Pasukan Keamanan Irak dan Militan Terlibat Pertempuran
Pasukan keamanan Irak terlibat pertempuran dengan kelompok militan di gerbang utara menuju kota Samarra pada Rabu, seperti diungkapkan kepolisian dan saksi mata.
Samarra merupakan lokasi sebuah tempat suci kaum Syiah yang dibom pada 2006, yang kemudian memicu konflik sektarian antara penduduk mayoritas Syiah dan minoritas Arab Suni. Insiden tersebut menyebabkan puluhan ribu orang tewas.
Kota tersebut terletak hanya 110 km sebelah utara Baghdad di jalan raya utama dari arah kota Mosul di mana pasukan jihadis melancarkan serangan pada Senin malam (waktu setempat).
Saksi mata mengatakan para militan tiba menggunakan truk yang dilengkapi dengan senapan mesin, sementara seorang perwira kepolisian mengatakan unitnya bertempur dengan para militan di pintu masuk barat laut menuju Samarra.
Sekjen PBB Imbau Solidaritas Internasional dengan Irak
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Ban Ki-moon Rabu mendesak masyarakat internasional untuk bersatu di belakang Irak saat serangan kilat oleh kelompok jihad bersenjata menyapu lebih dekat ke Baghdad.
“Sekjen mendesak masyarakat internasional untuk bersatu dalam menunjukkan solidaritas dengan Irak, karena menghadapi tantangan keamanan yang serius ini,” kata juru bicaranya dalam satu pernyataan.
Sekjen PBB menuntut “penghormatan penuh pada hukum kemanusiaan internasional dan hukum hak asasi manusia dalam upaya melawan terorisme dan kekerasan di Irak,” kata Juru bicara Stephane Dujarric menambahkan.
Ban mengecam keras lonjakan kekerasan dan memperingatkan bahwa “terorisme tidak harus diizinkan untuk berhasil dalam mengurai jalan menuju demokrasi di Irak.”
Karena Negara Islam Irak dan Mediterania (ISIL) mulai serangan yang spektakuler di Mosul Senin, gerilyawan telah menangkap wilayah besar utara dan utara-tengah Irak, mendorong sebanyak setengah juta orang meninggalkan rumah mereka.
Cepatnya ISIL dan sekutunya mencapai kemajuan setelah mereka Selasa merebut Mosul - sebuah kota berpenduduk dua juta orang - telah mengirimkan dering lonceng alarm di ibu kota Barat.
Dujarric mengatakan lebih dari 2.500 keluarga yang mengungsi di dalam Mosul, sebagian besar tinggal di sekolah-sekolah dan masjid, dan diperkirakan 100.000 telah memasuki Arbil, ibu kota wilayah otonomi Kurdi di Irak utara.
Badan Pengungsi PBB UNHCR berada di tenda lapangan memobilisasi barang-barang bantuan penting, termasuk air bersih dan sanitasi, yang disampaikan.
Pemindahan yang menyulitkan “telah menjadi krisis perpindahan sudah parah” yang menunjukkan ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka sejak Januari karena kerusuhan di provinsi Anbar, kata Dujarric.
“Sumber daya sangat terbatas,” tambah juru bicara tersebut, dan mengatakan bahwa donor dana untuk keluarga pengungsi telah mencapai hanya 10 persen dari 103 juta dolar AS yang diperlukan.
Sementara itu Amerika Serikat Selasa menyatakan, kelompok garis keras yang baru-baru ini merebut kota terbesar kedua Irak berpotensi mengancam kestabilan seluruh kawasan Timur Tengah.
Washington juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi “yang sangat serius” di Irak.
“Sudah jelas bahwa ISIL bukan hanya ancaman bagi stabilitas Irak melainkan juga bagi seluruh kawasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jen Psaki dalam satu pernyataan resmi.
Psaki menekankan bahwa Washington mendukung “respons kuat yang terkoordinasi untuk membalas agresi kelompok militan.”
Sementara itu juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengecam gerilyawan dari kelompok ISIL dan mendesak Perdana Menteri Nuri al-Maliki berupaya lebih keras menyelesaikan “persoalan yang tak-terselesaikan itu”.
Menurut Earnest, penyelesaian masalah kelompok garis keras merupakan bukti nyata bahwa al-Maliki memerintah “demi kepentingan semua warga Iraq.”
Dalam keterangan Earnest, Amerika Serikat telah mengirim 300 rudal Hellfire, jutaan amunisi senjata api kecil, ribuan amunisi tank, helikopter perang dan berbagai jenis senjata lainnya ke pasukan keamanan Irak.
Sebelumnya pada Senin, sekelompok gerilyawan melancarkan serangan besar di kantor pasukan keamanan dan berhasil merebut provinsi di bagian utara Irak, Nineveh, termasuk ibu kotanya, Mosul.
Ulama Syiah Irak Serukan Pembentukan Penjaga Tempat Suci
Ulama Syiah berpengaruh Moqtada al-Sadr, pernah memimpin milisi Tentara Mahdi (Mahdi Army), pada Rabu menyerukan pembentukan unit untuk penjaga tempat suci di Irak.
Dalam sebuah pernyataan tertulis Sadr mengatakan “akan membentuk unit perdamaian untuk mempertahankan tempat-tempat suci” baik Muslim maupun Kristen, bekerja sama dengan pemerintah.
Seruannya muncul setelah Perdana Menteri Nuri al-Maliki pada Selasa mengatakan akan mempersenjatai rakyat sipil yang sukarela memerangi para militan, setelah jatuhnya kota Mosul dan sejumlah besar wilayah lainnya ke tangan kelompok Suni radikal.
Namun keterlibatan Sadr dalam pembentukan unit semacam itu pastinya hampir tidak akan diterima oleh minoritas Suni Arab Irak, yang juga sangat mencurigai pemerintahan yang dikuasai Syiah Irak.
Sebelum dia menghentikan aktivitasnya pada 2008, Tentara Mahdi Sadr – diperkirakan jumlahnya mencapai 60.000 anggota – memainkan peranan penting dalam konflik sektarian di Irak.
Oposisi Suriah Dukung Seruan Perangi ISIL
Pemberontak Suriah pada Rabu mendukung seruan komunitas internasional untuk membantu memerangi kelompok jihadis Negara Islam Irak dan Levant (Islamic State of Iraq and the Levant) di wilayah timur Irak.
Seruan dari Tentara Pembebasan Suriah (Free Syrian Army atau FSA) muncul sehari setelah ISIL memimpin sebuah serangan di negara tetangga Irak dengan menguasai kota kedua terbesar di Irak yaitu Mosul dan sejumlah besar wilayah utara lainnya.
“Dewan Militer Tertinggi (Supreme Military Council) menyerukan seluruh negara sahabat dan saudara Arab, khususnya Arab Saudi, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab dan Yordania, untuk memberikan bantuan kepada brigade-brigade di lapangan di provinsi Deir Ezzor sehingga mereka bisa menghadapi organisasi teroris ISIL,” ujar FSA.
ISIL, yang muncul dalam konflik Suriah pada 2013, muncul dari kelompok afiliasi Al Qaeda di Irak, kendati setelahnya berpisah dengan jaringan teror global itu dan dikritik oleh pemimpinnya Ayman al-Zawahiri.
Tujuan kelompok itu adalah mendirikan negara Islam yang meliputi Suriah dan Irak, namun menghadapi penolakan keras dari pemberontak dan kelompok afiliasi Al Qaeda lainnya di Suriah, Front Al-Nusra (Al-Nusra Front).
Suriah Siap Bantu Irak Perangi ISIL
Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Rabu mengatakan pihaknya bersedia membantu Baghdad untuk memerangi “terorisme”, sehari setelah kelompok jihadis menguasai kota kedua terbesar Irak, Mosul.
“Kelompok terorisme dukungan asing yang dihadapi saudara-saudara kami di Irak merupakan kelompok serupa yang mengincar Suriah,” ujar kementerian luar negeri.
Damaskus “siap bekerja sama dengan Irak dalam menghadapi terorisme, musuh bersama kami,” katanya.
Negara Islam Irak dan Levant (Islamic State of Iraq and the Levant atau ISIL) merupakan kelompok radikal yang beroperasi di Irak dan Suriah. Tujuannya untuk mendirikan kerajaan Islam yang membentang melintasi perbatasan kedua negara.
Militan ISIL memimpin serangan jihadis pada Selasa yang mengklaim provinsi Nineveh dan ibu kotanya Mosul, serta wilayah-wilayah lainnya di Irak utara.
Di Suriah, ISIL menguasai sebagian besar wilayah provinsi kaya minyak Deir Ezzor, yang berbatasan dengan Irak.
“Teroris ini merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan di kawasan itu dan dunia,” tutur kementerian Suriah, menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB “untuk secara tegas mengecam aksi teroris dan kriminal ini, serta mengambil tindakan melawan negara yang mendukung kelompok-kelompok ini.” (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...