Jika Engkau Anak Allah
Jangan beri ruang sedikit pun pada Sang Pencoba!
SATUHARAPAN.COM – ”Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah batu-batu ini menjadi roti” (Mat. 4:3). Demikianlah cobaan pertama dari Sang Pencoba. Cobaan ini menyasar pada identitas Yesus Kristus—Anak Allah. Cobaan ini mempertanyakan kebenaran identitas tersebut. Itu berarti jika Yesus Orang Nazaret tidak mampu mengubah batu menjadi roti, maka Dia tak layak disebut sebagai Anak Allah.
Yesus tak mau menggugu cobaan itu. Bagi Dia jatidiri tak perlu pembuktian. Ketika Yesus berkata bahwa manusia hidup tak hanya dari roti, Yesus hendak mengingatkan bahwa setiap manusia pada dasarnya memang anak Allah. Bukankah setiap manusia adalah ciptaan Allah? Dan sebagai anak Allah, maka manusia haruslah belajar untuk tak hanya hidup dari roti dan untuk perut. Manusia sebagai pribadi yang dicipta Allah perlu belajar hidup dari firman Allah.
Cobaan kedua, polanya masih tetap sama: ”Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu” (Mat. 4:6). Cobaan kedua berorientasi pada janji Allah. Karena Allah telah berjanji, maka wajarlah menuntut janji tersebut.
Yesus pun tak mau menggubris cobaan itu. Dia percaya Bapa akan menepati janji-Nya. Tetapi, menuntut janji Bapa hanya berarti mencobai Bapa. Dan mencobai Bapa berarti mempertanyakan kebaikan Bapa. Dan mempertanyakan kebaikan Bapa berarti tak lagi percaya kepada Bapa.
Pada cobaan ketiga, Sang Pencoba tak lagi memakai frasa ”Jika Engkau Anak Allah”. Bahkan, dia mengajak Yesus Orang Nazaret mengingkari identitas-Nya sebagai Anak Allah dengan menyembah dirinya. Dan untuk cobaan ini, Yesus Orang Nazaret berseru, ”Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (mat. 4:10). Dengan perkataan ini, Yesus Orang Nazaret menegaskan tak ada yang boleh mendapatkan sembah kecuali Allah Bapa. Bahkan Iblis pun sejatinya harus takluk kepada Allah Bapa.
Penulis Injil Matius mencatat bahwa Iblis pun meninggalkan Dia. Ketika Sang Anak Allah tidak memberi tempat, maka Sang Pencoba pun meninggalkan-Nya. Pada titik ini kita bisa belajar untuk tidak memberi ruang sedikit pun pada Sang Pencoba. Dan untuk itu ada satu kata yang perlu dikembangkan dalam diri: ”Waspadalah!”
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...