Jika The Fed Naikkan Suku Bunga, BI Rate Belum Tentu Naik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ekonom dari CReco Research Institute, Raden Pardede berpendapat jika The Fed akhirnya menaikkan suku bunga sebesar 25-50 basis point (bp) kemungkinan Bank Indonesia tidak akan ikut menaikkan suku bunganya (BI rate).
“Dari situ minimal kalau The Fed naikin minimal 25 bp bahkan 50 bp nggak akan ada BI rate menaikkan suku bunganya kita. Nggak akan naik,” kata dia dalam Asian Insights Conference 2015 di Jakarta Selatan, hari Selasa (24/11)..
“Tapi rasanya sulit turun juga. Tahun depan misalnya Fed menaikkan 25 bp pada Desember. Lalu Januari atau Maret naikkan lagi 25 atau 50 bp. Pada posisi begitu nggak mungkin BI nantang mereka.”
Kesimpulannya, kata dia, dalam satu tahun ke depan BI tidak akan menaikkan suku bunga.
BI Diminta Turunkan Suku Bunga
Pada kesempatan lain, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar BI mau menurunkan suku bunga acuannya agar mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dia menilai suku bunga BI saat ini masih terlalu tinggi di Asia yaitu mencapai 7,5 persen.
"Kalau kita masih tingkat bunganya lima persen sampai 11 persen, namun di Malaysia lima persen, kita kalah di sini. Apalagi di Tiongkok," kata Kalla dalam sambutannya saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015 di Balai Sidang Jakarta pada Selasa (24/11) petang.
Menurutnya, jika bunga perbankan masih tinggi, investasi di Indonesia juga tidak akan tinggi. Selain itu, tingginya suku bunga juga mempengaruhi ‘nyawa’ usaha kecil menengah (UKM).
"Marilah kita selesaikan efisiensi di sektor keuangan. Kita tidak mungkin membangun apabila bunga tinggi maka pasti investasi rendah,” kata Kalla.
Senada dengan Kalla, pengusaha sekaligus Ketua Umum Staf Ahli Wakil Presiden RI Sofjan Wanandi juga meminta BI untuk menurunkan suku bunga acuannya.
“Kita dari pengusaha sudah bisa dan sudah waktunya (BI) untuk turun (suku bunga) karena kita inflasinya juga cukup reda dan kita punya ekonomi jauh lebih stabil daripada yang kita takutkan dengan gonjang-ganjing itu. Dalam situasi juga penurunan ekonomi ini juga nggak banyak uang yang dipake secara produktif. Saya pikir kenapa musti bayar bunga tinggi-tinggi?” kata dia yang ditemui di usai menjadi pembicara di Asian Insights Conference 2015 di Jakarta Selatan, hari Selasa (24/11).
Namun, desakan dari beberapa pihak nampaknya belum ditanggapi secara positif oleh BI. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan BI rate baru diturunkan bila inflasi nasional sudah rendah dan kondisi eksternal stabil.
Menurutnya, Indonesia harus berhati-hati mengelola kebijakan moneter saat kondisi perekonomian global sedang tidak menentu karena itu akan memberikan pengaruh buruk terhadap nilai tukar rupiah dan berpengaruh terhadap kondisi likuiditas di Tanah Air.
“Jadi, untuk saya ini di depan pemangku kepentingan ini kita saling mengkonfirmasi dan koordinasi,” kata dia dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015 di Balai Sidang Jakarta pada Selasa (24/11) petang.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...