Jimmy Carter Menyatukan AS Ketika Para Presiden Menghadiri Pemakamannya
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Jimmy Carter membawa momen singkat persatuan nasional ke Amerika Serikatyang terpecah pada hari Kamis (9/1) saat kelima presiden AS yang masih hidup berkumpul untuk menghadiri pemakaman kenegaraan pendahulu mereka yang mengharukan di Katedral Nasional Washington.
Pada pertemuan langka beberapa hari sebelum Donald Trump kembali ke Gedung Putih, Presiden Joe Biden menyampaikan pidato penghormatan yang menggambarkan "karakter" sebagai atribut utama sesama Demokrat Carter.
Trump berjabat tangan dengan mantan presiden Barack Obama pada hari berkabung negara itu, sementara Bill Clinton dan George W. Bush juga hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.
Namun Biden, 82 tahun, juga tampak menyindir Trump, seorang Republikan yang retorikanya yang bermuatan rasial dan upayanya untuk membatalkan pemilu 2020 sering dikritiknya sebagai ancaman terhadap demokrasi.
"Kita punya kewajiban untuk tidak memberikan tempat yang aman bagi kebencian," kata Biden, yang juga menekankan pentingnya menentang "dosa terbesar dari semuanya, penyalahgunaan kekuasaan."
Setelah pidatonya, Biden mengetuk sebentar peti jenazah Carter yang terbungkus bendera, panglima tertinggi Amerika ke-39, yang meninggal pada 29 Desember di usia 100 tahun di negara asalnya, Georgia.
Carter secara luas dianggap naif dan lemah selama masa jabatan tunggalnya dari tahun 1977 hingga 1981, tetapi pandangan yang lebih bernuansa telah muncul seiring berjalannya waktu, dengan fokus pada kesopanan dan pencapaian kebijakan luar negerinya.
Cinta dan Rasa Hormat
Pemakaman presiden adalah yang pertama sejak George HW Bush meninggal pada tahun 2018 -- dan memberikan serangkaian momen unik dan terkadang canggung saat para mantan pemimpin bertemu.
Obama berjabat tangan, tertawa, dan mengobrol dengan penggantinya, Trump, meskipun miliarder itu membangun gerakan politiknya dengan mempertanyakan apakah Obama benar-benar warga negara AS.
Di barisan di depan Trump duduk Wakil Presiden Kamala Harris, saingannya yang kalah dalam pemilihan 2024.
Ada juga momen rekonsiliasi singkat bagi Trump dan mantan wakil presidennya, Mike Pence.
Pasangan itu bertemu dan berjabat tangan untuk apa yang diyakini sebagai pertama kalinya sejak kerusuhan Gedung Capitol AS 2021 ketika Pence menolak untuk mendukung klaim palsu Trump bahwa ia telah memenangkan pemilihan 2020.
Selama kebaktian, anggota keluarga dan mantan lawan politik sama-sama memberikan penghormatan emosional kepada Carter, mantan presiden AS tertua dan satu-satunya yang mencapai usis tiga digit.
Salah satu cucunya, Jason Carter, menggambarkan kecintaannya pada alam, mengatakan bahwa penganut Kristen Baptis yang taat dan mantan petani kacang itu "merayakan keagungan setiap makhluk hidup."
"Ia memimpin bangsa ini dengan cinta dan rasa hormat," kata Jason Carter.
Bahkan ada penghormatan dari pendahulu Carter dari Partai Republik, Gerald Ford. Ford meninggal pada tahun 2006 tetapi meninggalkan pidato penghormatan untuk rival politiknya yang berubah menjadi teman yang dibacakan oleh putranya, Steven.
Penghormatan anumerta kedua, dari wakil presiden Carter, Walter Mondale, disampaikan oleh putranya, Ted.
Hari Berkabung
Peti jenazah Carter sebelumnya diangkut oleh pasukan kehormatan dari US Capitol, tempat ribuan pelayat memberikan penghormatan terakhir saat mantan presiden itu disemayamkan.
Hari Kamis (9/1) telah ditetapkan sebagai hari berkabung nasional di Amerika Serikat dengan kantor-kantor federal ditutup.
Perpisahannya selama enam hari yang diatur dengan cermat dimulai pada hari Sabtu (4/1) dengan bendera AS berkibar setengah tiang di seluruh negeri dan mobil jenazah hitam yang membawa jenazahnya dari kampung halamannya di Plains, Georgia.
Jenazah Carter dipulangkan ke Georgia pada hari Kamis (9/1) untuk dimakamkan, melakukan perjalanan terakhir pulang dengan jet kepresidenan AS yang biasanya disediakan untuk panglima tertinggi yang sedang menjabat.
Pemakaman Carter merupakan jeda singkat dari masa persiapan yang penuh gejolak menjelang pelantikan Trump pada tanggal 20 Januari, dan pengingat akan gaya presiden yang sangat berbeda.
Carter, yang menjabat satu periode sebelum kalah telak dalam pemilihan umum melawan Ronald Reagan pada tahun 1980, menderita dalam dunia politik Washington yang kejam dan krisis penyanderaan yang melibatkan warga Amerika yang ditahan di Teheran setelah revolusi Islam Iran akhirnya menentukan nasibnya.
Namun sejarah telah menyebabkan penilaian ulang, dengan fokus pada upayanya menjadi perantara kesepakatan damai antara Israel dan Mesir. Ia juga menerima pujian tinggi atas upaya kemanusiaan pasca kepresidenannya, dan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2002.
Carter telah menjalani perawatan paliatif untuk kanker yang dideritanya sejak Februari 2023 di Plains, tempat ia meninggal. Ia akan dimakamkan di samping mendiang istrinya, Rosalynn, yang meninggal pada bulan November 2023. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
KKP Tegaskan Pemagaran Ruang Laut Melanggar Aturan dan Keadi...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan pemanfaatan ruang laut ...