Jokowi dan PM Australia Bahas Kerja Sama Ekonomi dan Pertahanan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese membahas kerja sama keamanan, dan perubahan iklim dan Indo Pasifik yang lebih selama pertemuan pada hari Senin (6/6), yang mencakup tawaran kemitraan untuk masalah iklim senilai US$ 200 juta dari Canberra.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada hari Senin sebagai bagian dari perjalanan untuk meningkatkan hubungan antara kedua negara bertetangga, dalam kunjungan bilateral pertamanya sejak terpilih bulan lalu. Albanese juga menawarkan bantuan teknis untuk teknologi baru yang hijau dan tinggi di Indonesia
Albanese dan Jokowi kemudian mengendarai sepeda bambu bersama saat mereka mengadakan pembicaraan untuk meningkatkan hubungan. Ini dilakukan ketika Canberra memulai serangan pesona diplomatik untuk melawan China yang berkembang di kawasan Asia-Pasifik.
Perdana Menteri Australia memuji hubungan dengan Indonesia dan berjanji untuk memperkuat kerja sama, memilih ekonomi terbesar di Asia Tenggara sebagai perhentian awal dalam apa yang telah menjadi tradisi bagi perdana menteri baru Australia.
Setelah sambutan pengawalan kehormatan, Jokowimenghadiahkan sepeda kepada Albanese di istana kepresidenan di Bogor, di mana keduanya itu melepas jas, mengenakan helm, dan berkendara di sekitar lapangan.
“Hubungan Australia dengan Indonesia adalah salah satu yang terpenting. Kami terhubung tidak hanya oleh geografi, kami terhubung oleh pilihan,” kata Albanese dalam konferensi pers bersama yang diadakan setelah pembicaraan.
“Hubungan kami terus diperdalam oleh kepentingan strategis dan ekonomi yang kami miliki bersama,” kata Albanese.
Jokowi mengatakan hubungan baik antara keduanya akan berkontribusi pada “perdamaian dan kemakmuran kawasan.”
Albanese menegaskan dia akan menghadiri KTT G20, yang akan diselenggarakan Indonesia pada bulan November, meskipun ada keberatan dari pendahulunya Scott Morrison tentang duduk bersama Presiden Rusia, Vladimir Putin, setelah invasinya ke Ukraina.
Pemimpin Partai Buruh itu berbicara tentang memajukan peluang bersama dalam perdagangan, perubahan iklim, dan keamanan regional. Jokowi terakhir mengunjungi Australia pada awal 2020.
Dalam perjalanan tiga hari Albanese itu, ia didampingi oleh delegasi bisnis dan beberapa menteri kabinet termasuk Menteri Luar Negeri, Penny Wong, yang bertemu dengan timpalan Indonesia Retno Marsudi pada hari Minggu (5/6).
Wong sebelumnya telah meminta Canberra untuk lebih menekankan pada hubungan perdagangan bernilai miliaran dolar Australia dengan Jakarta, serta perdagangannya dengan Asia Tenggara secara keseluruhan.
“Memperdalam keterlibatan dengan Asia Tenggara adalah prioritas bagi pemerintah saya,” kata Albanese, mengumumkan utusan dan kantor baru untuk wilayah tersebut.
Setelah bertemu Jokowi, Albanese akan melakukan perjalanan ke Makassar, Sulawesi Selatan, di mana Australia memiliki kehadiran diplomatic di sana.
Dia juga akan bertemu dengan sekretaris jenderal Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang beranggotakan 10 negara, ketika Canberra berporos untuk fokus memperkuat aliansinya di kawasan itu.
Selain itu, perhentian pertamanya setelah berkuasa adalah Jepang di mana ia melakukan perjalanan untuk berbicara dengan anggota Quad, aliansi yang dibuat dalam menghadapi dorongan China untuk mendominasi di seluruh wilayah. (dengan AFP/Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...