Jokowi Disarankan Lepas dari Bayang-bayang Megawati
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Walaupun Presiden Joko Widodo menghadapi perlawanan sengit dari kubu oposisi Koalisi Merah Putih (KMP), posisi politisnya dinilai kuat. Yang kemungkinan akan melemahkan efektifitasnya sebagai presiden justru berasal dari perlawanan 'musuh dalam selimut' yang berasal dari partainya sendiri.
Pendapat ini dikemukakan oleh Vikram Nehru, senior associate pada Carnegie Asia Program, sebuah lembaga yang merupakan bagian dari The Carnegie Endowment for International Peace, lembaga think tank tertua di Amerika Serikat. Pendapat tersebut ia kemukakan dalam sebuah tulisan berjudul The Ascent of Indonesia's Presidency dan dimuat pada situs resmi lembaga tersebut hari ini (Kamis 27/11).
"Sementara posisi politik Joko Widodo tampaknya akan terus menguat, bukan berarti dia tidak memiliki kelemahan. Sebaliknya, dia justru menghadapi tantangan politik dan ekonomi yang jika dia salah melangkah harga yang dibayar sangat mahal," tulis ahli ekonomi pembangunan penyandang gelar doktor dari Oxford University ini.
Menurut dia, kelemahan yang paling besar dari Jokowi saat ini justru berasal dari partainya sendiri, PDI-P. Ia mengatakan, ketua umum PDI P, Megawati Sukarnoputri, menunjukkan sikap yang meremehkan lawan politiknya dan bahkan menolak untuk bertemu dengan beberapa dari mereka. Dia juga dinilai tidak komunikatif, berbeda dengan Jokowi yang suka bergerak dan berteman.
"Lingkaran dalam Megawati telah berusaha untuk menahan naiknya popularitas Jokowi, yang dipandang sebagai ancaman bagi Megawati sendiri," tulis Vikram, dalam tulisannya yang juga dimuat di Nikkei Asia Review.
Vikram mengakui, terlalu awal untuk berspekulasi seberapa besar pengaruh Megawati dalam kabinet baru yang dibentuk Jokowi.
Walaupun secara umum susunan kabinet ini dapat diterima publik, menurut Vikram, paling tidak ada tiga menteri yang dianggap merupakan penunjukan Megawati sendiri. Dua diantaranya adalah Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani.
Menyikapi hal itu, Vikram menyarankan sudah satnya Jokowi lepas dari bayang-bayang Megawati dan menjalankan prinsipnya sendiri yang mengutamakan solusi win-win dalam menangani berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia.
Vikram mengatakan Jokowi akan mampu mencapai berbagai tujuan yang luas apabila ia menjalankan pemerintahan dengan caranya sendiri.
"Koalisi oposisi mayoritas di parlemen memang bisa dilihat sebagai tantangan saat ini. Namun, undang-undang berpihak kepada presiden dan Jokowi memiliki tingkat popularitas yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap Vikram.
"Banyak yang membandingkan melesatnya Jokowi dengan yang pernah dicapai Obama. Tetapi tidak seperti Obama yang diperkirakan akan akan terus bergelut dalam kemelut politik dalam dua tahun ke depan, kami melihat kekuasaan Jokowi justru akan terus menguat."
The Carnegie Endowment for International Peace merupakan sebuah jejaring global yang menghubungkan berbagai pusat penelitian di dunia, mulai dari di Rusia, China, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Serikat. Didirikan pada tahun 1910 misi lembaga ini adalah memajukan perdamaian melalui analisis dan pengembangan ide-ide kebijakan yang segar dan keterlibatan langsung dalam kolaborasi dengan para pengambil keputusan di pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil.
Editor : Eben Ezer Siadari
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...