Jokowi Targetkan Penghematan Rp 300 Triliun dengan E-Budgeting
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan sistem pengadaan suatu barang (e-procurement) atau pengaturan anggaran sebuah daerah (e-budgeting) secara elektronik di Kementerian / Lembaga (K/L) akan memperkuat sistem pengawasan atau akuntabilitas keuangan negara.
“Menurut saya e-catalogue, e-budgeting, e-procurement, dan pajak online akan memperkuat sistem pengawasan dan sistem akuntabilitas pemerintahan,” kata Presiden Joko Widodo pada Peluncuran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Aksi Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi, di Gedung Serbaguna Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Selasa (26/5).
Presiden memerinci bahwa pengadaan barang dan jasa di pemerintah lewat APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) maupun APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) total sebesar Rp 1.000 triliun.
“Kemudian pengadaaan barang dan jasa di BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sebesar Rp 1.500 triliun, yang totalnya berarti Rp 2.500 triliun lebih,” presiden menambahkan.
Kepala Negara mengatakan apabila sistem e-catalogue, e-purchasing dan e-budgeting dijalankan akan menghasilkan efisiensi kurang lebih 10 persen. “Artinya akan ada penghematan lebih dari Rp 300 triliun,” kata Presiden Jokowi.
Presiden menambahkan dengan hadirnya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 kepala daerah harus siap untuk menyelenggarakan praktik pemerintahan yang berdasar pada penghematan dan efisiensi anggaran.
“Tindakan penceghaan tidak kalah pentingnya dengan pemberantasan korupsi,” kata Presiden Jokowi.
Presiden berharap dengan hadirnya Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015, di berbagai daerah ada aksi nyata dan tidak sekadar formalitas.
“Karena janji saya kemarin saya mau datang kesini kalau ini tidak hanya formalitas tetapi ini betul-betul akan ada aksi yang akan dilaksanakan baik yang berkaitan dengan reformasi di perizinan dan layanan pemerintah,” kata dia.
“Saya tidak ingin lagi melihat atau mendengar pungutan liar dari masyarakat. Izin yang seharusnya kerja dalam sebulan masih dikerjakan empat tahun atau lima tahun harus hilang,” kata dia.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...