Jual Dolar Lebih Tinggi, 10 Pedagang Valuta Asing Lebanon Ditangkap
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 10 pedagang valuta asing di Lebanon ditangkap karena melanggar peraturan baru yang membatasi nilai tukar lira Lebanon pada 3.200 lira untuk setiap satu dolar Amerika Serikat, menurut Pasukan Keamanan Internal (ISF) Lebanon, dikutip Al Arabiya.
Pada hari Senin (27/4), bank sentral Lebanon mengatakan para pedagang valuta asing tidak dapat menjual dolar AS dengan harga lebih dari 3.200 lira. Tingkat resmi tetap dipatok pada 1.507,5 lira terhadap dolar, tetapi inflasi selama beberapa bulan terakhir menyebabkan turunnya lira menjadi sekitar 4.000 lira terhadap dolar di pasar paralel.
Surat kabar setempat, An Nahar, melaporkan bahwa bank sentral menetapkan nilai tukar 3.800 lira terhadap dolar, naik dari 3.625 pada hari Jumat (24/4), untuk diterapkan di perusahaan pengiriman uang dan berlaku untuk pengiriman uang oleh orang Lebanon yang mengirim uang ke rumah melalui transfer.
ISF mengumumkan melalui Twitter bahwa mereka telah mengimplementasikan surat edaran baru yang diberlakukan oleh gubernur bank sentral dan telah memerintahkan agar semua dealer penukaran mata uang yang tidak berlisensi dan berlisensi untuk ditutup jika mereka ditemukan melanggar undang-undang.
Pihak berwenang akan menangguhkan bisnis dengan cat merah di pintu mereka ketika mereka ditemukan beroperasi secara informal atau ilegal.
PM Salahkan Gubernur Bank Sentral
Pekan lalu, perintah bank sentral berlaku bahwa semua transfer tunai ke negara itu harus ditarik dalam mata uang lokal, terlepas dari mata uang yang dikirim. Antrean panjang terbentuk di rumah-rumah penukaran sehari sebelum aturan itu diberlakukan ketika orang-orang berusaha menarik dolar.
Ekonomi Lebanon dengan cepat memburuk sejak Oktober 2019 ketika protes meletus atas kondisi yang memburuk di negara itu. Sekarang, inflasi terus meningkat, dan penguncian karena virus corona telah membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, dan serangkaian protes selama pekan terakhir telah menunjukkan kebangkitan gerakan yang dimulai tahun lalu.
Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, pekan lalu mengatakan Riad Salameh, kepala bank sentral, bertanggung jawab atas krisis mata uang. Diab mengatakan negara yang dilanda krisis telah menderita kerugian tambahan US$ 7 miliar sejak awal tahun ini, dan likuiditas dalam sistem perbankan telah habis. Devisa sebesar US$ 5,7 miliar di Lebanon keluar pada bulan Januari dan Februari, menurut laporan Reuters.
Tetapi Ketua Parlemen, Nabih Berri, pada hari Minggu (26/4) membela Salameh, dan mengatakan mata uang akan terus jatuh dan mengancam deposito jika Salameh dipecat.
Patriark Gereja Maronit yang berpengaruh, Bechara Boutros Al-Rai, juga mendukung Salameh, dan mengatakan kritik terhadap Salameh hanya akan merugikan negara.
Salameh telah menjabat sebagai gubernur bank sentral sejak 1993, dan telah diangkat kembali empat kali. Pada 2016, Salameh mulai memperkenalkan serangkaian mekanisme rekayasa keuangan yang oleh para ekonom dipandang sebagai upaya untuk menopang perekonomian yang berada di ambang kehancuran.
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...