Jubir Jokowi-JK: Amien Rais Provokasi Gunakan Sentimen Agama
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Majelis Pertimbangan Pusat Partai Amanat Nasional Amien Rais dituding melakukan provokasi dengan menggunakan sentimen agama terkait pernyataannya tentang perlunya semangat “Perang Badar” untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014.
“Itu adalah provokasi yang tak pantas karena menggunakan sentimen agama, sebab kontestasi dalam pilpres ini bukanlah perang yang harus ada yang kalah dan terbunuh, lalu ada yang menang dan pesta dan hura-hura,” kata Juru Bicara Capres-Cawapres Jokowi-JK, Abdul Kadir Karding dalam siaran pers, Kamis (29/5).
Sebelumnya, ketika menghadiri acara Isra Mi'raj di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad lalu, Amien mengatakan pemilihan presiden seperti perang Badar. Amien lantas mengajak hadirin memilih Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Perang Badar merupakan perang besar pertama antara kaum Muslim yang dipimpin Nabi Muhammad SAW melawan kaum kafir Quraisy di Mekkah pada tahun kedua Hijriah. Kemenangan dalam perang itu menjadi titik tolak perkembangan Islam untuk selanjutnya.
Karding yang juga Ketua DPP PKB itu menyatakan pilpres merupakan kontestasi untuk cita-cita besar membangun bangsa dan negara guna membangun dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Ini adalah `fastabiqul khoirot` (berlomba-lomba dalam kebaikan, Red), bukan perang. Jangan menghadap-hadapkan rakyat dengan statemen provokasi-provokasi yang mengadu domba rakyat,” katanya.
Menurut Karding, tidak seharusnya Amien Rais yang sudah cukup terkenal menjadi tokoh nasional berpikir sektarian dan berbau SARA.
“Harusnya semua pihak dan tokoh bangsa ini bisa menjadi katalisator bagi terciptanya suasana kondusif dalam Pilpres 2014,” katanya.
Apalagi, lanjut Karding, dalam pemilu kali ini memang hanya ada dua pasangan yang berkompetisi secara ketat, yakni Prabowo-Hatta dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Ia berharap kompetisi dalam pilpres mendatang berlangsung damai, sejuk dan bersahabat.
Pola-pola pendekatan berbau SARA, kampanye hitam, dan saling serang baik oleh capres-cawapres maupun tim sukses masing-masing harus dijauhi.
Hal ini penting, kata dia, agar hasil pilpres mendatang benar-benar bisa menjadi pintu masuk kebangkitan Indonesia, karena berasal dari hasil yang damai dan berkualitas.
“Lebih baik capres dan cawapres serta para tim suksesnya untuk mengedepankan visi, misi, dan gagasan serta komitmen membangun bangsa. Bukan mengedepankan serangan-serangan dan `black campaign` yang tak mendidik dan memanaskan suasana pesta demokrasi kita,” katanya. (Ant)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...