Jubir Ungkap Detik-detik Akhir Jelang Wafatnya Billy Graham
ASHEVILLE, NORTH CAROLINE, SATUHARAPAN.COM - Pendeta Billy Graham meninggal dalam tidurnya pada hari Rabu (21/02) pagi dan meskipun tidak ada anggota keluarga yang mendampinginya, kepergiannya penuh suasana damai.
Hal itu dikatakan oleh salah seorang juru bicara Billy Graham Evangelistic Association (BGEA), Mark Demoss.
"Itu penjelasan perawat dan dokter, yang mengatakannya sebagai sebuah kepergian yang damai," kata Mark DeMoss, dikutip dari USAToday.
"Dia sama sekali tidak sakit, dan dia tidak akan menderita penyakit apa pun lagi."
BGEA mengadakan konferensi pers pada Rabu malam di kantor pusatnya di Charlotte untuk mengumumkan rincian rencana pemakaman dan untuk membicarakan saat-saat terakhir Graham. Pada usia 99, Graham menderita beberapa penyakit, termasuk gangguan penglihatan dan pendengaran, serta gejala mirip Parkinson yang didiagnosis hampir 20 tahun yang lalu.
DeMoss mengatakan bahwa dokter pribadi Graham, Lucian Rice dari Asheville, menggambarkan meninggalnya Graham dengan kata-kata, "Dia baru saja pergi."
Graham meninggal pada pukul 7:33 pagi dan ditemukan oleh asisten lamanya, David Bruce, yang kemudian menelepon putra Billy Graham, Franklin Graham, yang berada di Dallas.
"Saya rasa kita bisa mengatakan bahwa dia meninggal dalam tidurnya," kata DeMoss. "Tidak ada yang bersamanya selain perawat penjaga."
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...