Pendeta Billy Graham Meninggal
MONTREAT, SATUHARAPAN.COM - Penginjil legendaris asal Amerika Serikat, Pendeta Billy Graham, meninggal dunia di rumahnya di Montreat, North Caroline, AS, pada hari Rabu (21/02). Ia meninggal di usia 99 tahun.
Kematiannya, menurut The New York Times, dikonfirmasi oleh Jeremy Blume, jurubicara Graham Evangelistic Assosiation. Presiden Donald Trump juga mengumumkannya lewat akun Twitter-nya.
"Billy Graham yang hebat meninggal dunia," Presiden Trump menulis di akun Twitternya pada Rabu (20/02). "Tidak ada yang seperti dia, dia akan dikenang oleh umat Kristen dan semua umat beragama," lanjut dia. "Seorang pria yang sangat spesial."
Bernama lengkap William Franklin Graham, sosok yang dikenal sebagai tokoh kebangunan rohani abad 20 ini dilahirkan dalam sebuah keluarga Baptis yang saleh di Charlotte, Amerika Serikat, pada tahun 1918.
Sebagaimana diceritakan dalam buku karya F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat: Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja (Penerbit BPK Gunung Mulia, 2003), sejak kecil ia telah bercita-cita untuk bekerja di 'ladang' Tuhan. Ia tidak mempunyai latar belakang pendidikan Teologi akademik. Ia hanya mengikuti kursus Teologi di Florida Bible Institute, sebuah kursus Teologi fundamentalis. Setelah menyelesaikan kursus Teologinya, Billy Graham menjadi pendeta Baptis di selatan (Southern Baptist Convention).
Graham kemudian menjadi seorang media darling internasional. Ia juga menjadi penasihat rohani selusin presiden Amerika Serikat. Khotbah-khotbahnya dipandang sebagai suara penghiburan pada saat terjadi hari-hari gelap di AS. USA Today menyebutnya sebagai pendeta bangsa Amerika Serikat.
Setelah enam dekade menjalankan penginjilan, pada tahun 2015 Billy Graham pensiun dan bermukim di rumah gunungnya di
Montreat, N.C.
Selama enam dekade dia berkeliling dunia mulai dari Miami hingga ke Moskow untuk berkhotbah. Kebangunan rohani terakhirnya pada tahun 2005 di New York City, disponsori oleh 1.400 gereja daerah dari 82 denominasi.
"Dia membawa Alkitabnya ke ujung bumi dalam perjalanan rohani yang dia sebut 'perang salib'. Presiden-presiden AS memanggil Graham di masa-masa gelap mereka, dan jutaan orang mengatakan bahwa dia menunjukkan terang kepada mereka," demikian tulisan USA Today.
Presiden Family Research Council, Tony Perkins, mencatat bahwa Graham adalah seorang yang rendah hati. Dan, "karena dia menyerahkan dirinya kepada Tuhan, dia biasa mencapai hal yang luar biasa - selamanya mempengaruhi kehidupan banyak orang."
Grant Wacker, seorang profesor sejarah Kristen di Universitas Duke, mengatakan bahwa Graham mewakili, "apa yang dipikirkan dan seharusnya dipikirkan umat Kristen."
Reputasinya, kata Wacker, tidak tersentuh oleh skandal seks atau skandal keuangan. Ketika komentar anti-Semit terungkap saat transkrip percakapan dengan Richard Nixon muncul, Graham segera mengungkapkan penyesalannya.
"Dia juga tidak pernah membangun sebuah megachurch, atau mendirikan lembaga amal, atau meluncurkan lobi politik atau mencalonkan diri untuk jabatan publik. Melainkan dia mendefinisikan kembali kehidupan Protestan Amerika dengan mempopulerkan pesan inti Kekristenan - Kristus telah mati karena dosa-dosa Anda. Ia juga tidak terlalu hirau dengan denominasi gereja dan menyatakan sukacita hanya dapat ditemukan dalam iman," demikian USA Today.
Graham menjadi sangat dekat dengan 12 presiden AS. USA Today mengatakan, ia memelihara keseimbangan yang bagus, sehingga ia dapat diterima oleh presiden yang berasal dari Partai Republik maupun Partai Demokrat, berasal dari Selatan maupun Utara.
Dalam tahun-tahun pelayanannya, ia memiliki semangat penginjilan yang kuat. Perhatiannya terutama ditujukan kepada kaum muda dinilai acuh tak acuh terhadap gereja dan kekristenan. Ia pun mendirikan sebuah lembaga penginjilan yang bertujuan untuk mengadakan penginjilan kepada kaum muda, khususnya kepada siswa-siswa sekolah menengah yang bernama Youth for Christ.
Billy Graham dipandang sebagai tokoh yang berhasil mengangkat 'citra' dan kelas kebangunan rohani dari sekadar kegiatan retreat di perkemahan-perkemahan kumuh, menjadi kegiatan berskala stadion yang ramai dan luas.
Meskipun demikian, ia juga tidak lepas dari kritik. Di awal kariernya sebagai penginjil, sejumlah pemimpin Protestan arus utama dan para teolog menuduh dia terlalu menyederhanakan pesan khotbahnya pada keselamatan pribadi, dan mengabaikan rumitnya permasalahan sosial, seperti rasisme dan kemiskinan.
Belakangan, kritik juga diarahkan kepada sikap naifnya yang bersahabat dekat dengan Presiden Richard Nixon yang terlibat skandal Watergate.
Pada tahun 1995, di hari ulang tahunnya yang ke 77, ia mengumumkan bahwa putranya, Franklin Graham, akan menjadi penerusnya untuk memimpin Billy Graham Evangelistic Association. Di tangan anaknya ini, semua inovasi komunikasi yang dimungkinkan dipergunakan untuk menyampaikan injil ke seluruh dunia. Lebih dari 214 juta orang di 195 kota dan wilayah telah pernah mendengar khotbah Graham, baik secara langsung maupun lewat jalur satelit.
Selain Franklin Graham, putrinya, Anne Graham Lotz dan cucunya, Will Graham dan William Graham Tullian Tchividjian, juga ikut dalam lembaga penginjilan yang ia dirikan.
Selengkapnya putra-putri Graham, menurut catatan Wikipedia adalah:
Virginia Leftwich (Gigi) Graham (lahir tahun 1945; pembicara dan pengarang inspiratif);
Anne Graham Lotz (lahir tahun 1948; menjalankan AnGeL ministries);
Ruth Graham (lahir tahun 1950; pendiri dan presiden "Ruth Graham & Friends", memimpin berbagai konferensi di Amerika Serikat dan Kanada);
Franklin Graham (lahir tahun 1952), menjabat sebagai presiden dan CEO Billy Graham Evangelistic Association dan sebagai presiden dan CEO organisasi internasional bantuan sosial, Samaritan's Purse;
Nelson Edman Graham (lahir tahun 1958; pendeta yang menjalankan East Gates Ministries International, yang mendistribusikan literatur Kristen di Tiongkok).
Graham mempunyai 19 cucu dan sejumlah cicit. Salah satu cucunya, Tullian Tchividjian, putra dari Gigi, menjabat sebagai pendeta senior di Coral Ridge Presbyterian Church, Fort Lauderdale, Florida tetapi kemudian mundur dari jabatannya pada bulan Juni 2015.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...