Jumat, IHSG Turun, Rupiah Melemah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (3/1) dibuka turun 33,30 poin atau 0,77 persen menjadi 4.293,96, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 9,57 poin (1,32 persen) ke level 713,95 mengikuti bursa regional.
“IHSG dibuka melemah seiring dengan koreksi di bursa AS dan regional menyusul rilis data indeks non-manufaktur China yang turun di bulan Desember 2013,” kata Analis Samuel Sekuritas, Benedictus Agung, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pasar memanfaatkan rilis data China yang cenderung melambat itu sebagai alasan untuk melakukan aksi ambil untung.
Ia menambahkan pelaku pasar saham cenderung mengambil posisi ambil untung terhadap beberapa saham domestik yang pada awal tahun kemarin (2/1) mencatatkan penguatan cukup signifikan seperti di sektor perbankan dan konsumer.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, menambahkan sentimen negatif global menahan indeks BEI untuk menguat lebih lanjut sehingga bursa saham domestik mengalami tekanan.
“Diharapkan dengan data inflasi dan surplusnya neraca perdagangan Indonesia yang sesuai psikologis pasar dapat menahan sentimen negatif eksternal,” katanya.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 400,19 poin (1,71 persen) ke level 22.939,86, indeks Shanghai Composite turun 11,61 poin (0,55 persen) ke level 2.097,77, dan Straits Times melemah 14,73 poin (0,46 persen) ke posisi 3.159,92.
Dolar Diperdagangkan Rp 12.201
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat pagi melemah 53 poin menjadi Rp 12.201 dibanding sebelumnya di posisi Rp 12.148 per dolar AS.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan sentimen negatif global menahan laju mata uang rupiah sehingga kembali mengalami tekanan setelah pada awal tahun naik.
“Pelaku pasar kembali memburu dolar AS menyusul kekhawatiran akan diterapkannya pengurangan stimulus keuangan Federal Reserve pada Januari ini,” katanya.
Ia menambahkan sentimen positif dari dalam negeri yakni data inflasi domestik yang masih terkendali di level 8,38 persen secara tahunan (yoy) dan neraca perdagangan Indonesia yang surplus sebesar 776,8 juta dolar AS, tertahan oleh sentimen negatif dari eksternal.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menambahkan data ekonomi domestik diharapkan mampu menahan sentimen negatif eksternal.
“Untuk jangka pendek-menengah data domestik akan memengaruhi pasar valas dalam negeri,” katanya.
Ia memprediksi, pada akhir pekan ini (Jumat) mata uang rupiah akan bergerak di kisaran Rp 11.950-Rp 12.300 per dolar AS. (Ant)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...