Jumlah Korban Meninggal di Gaza Capai 112 Orang
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Tujuh warga Palestina meninggal dalam dua serangan udara Israel Sabtu (12/7) pagi, meningkatkan jumlah korban tewas menjadi 112 orang dalam lima hari kekerasan di wilayah itu, kata juru bicara kementerian kesehatan di Gaza, Ashraf al-Qudra.
Qudra mengatakan empat orang meninggal di Jebaliya, di utara Jalur Gaza, dan dua orang lain di Deir el Balah selatan.
Kemudian tak lama setelah itu, seorang remaja 17 tahun meninggal dalam serangan di Kota Gaza, katanya.
Di Gaza, 11 warga Palestina termasuk seorang wanita dan anak usia tujuh tahun, meninggal dalam serangan-serangan udara terpisah oleh Israel Jumat (11/7), sehingga menambah jumlah korban meninggal menjadi 103 orang, kata tim medis.
Lebih 500 orang di Gaza terluka.
Sejauh ini tak seorangpun di Israel tewas, dan kurang dari puluhan orang luka-luka, dua di antara mereka cedera serius, kata tim itu.
Di bagian utara Israel, sedikitnya satu roket ditembakkan dari Lebanon mendarat di kawasan terbuka dekat Metula. Pasukan Israel membalas dengan tembakan artileri, kata tentara.
Para perwira mengatakan mereka yakin sekelompok Palestina telah menembbak roket itu sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas, lapor radio publik.
Usaha-usaha diplomasi untuk mengakhiri permusuhan antara Israel dan para militan Hamas telah dilakukan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Amerika Serikat siap memfasilitasi penghentian pemusuhan," kata Gedung Putih.
Tetapi Netanyahu menyatakan tidak akan mengakhiri kampanyenya sampai dia mencapai tujuannya menghentikan serangan Hamas.
"Tak ada tekanan internasional yang akan mencegah kami menyerang para teroris yang menyerang kami," kata dia dalam jumpa pers di Tel Aviv.
"Saya mengadakan percakapan sangat baik dengan Presiden Obama dan para pemimpin lainnya," tambah dia. "Semua pemimpin ini memahami perlunya bertindak."
Kendati kekhawatiran internasional memuncak, usaha-usaha untuk melakukan gencatan senjata gagal, menurut Mesir, yang telah memainkan peran kunci dalam mediasi gencatan-gencatan senjata Hamas-Israel sebelumnya.
"Mesir telah berkomunikasi dengan semua pihak supaya menghentikan kekerasan terhadap warga sipil dan menyeru melanjutkan perjanjian gencatan senjata pada November 2012," kata Kementerian Luar Negeri Mesir. "Sayangnya, usaha-usaha ini ... tak berjalan karena para pihak keras kepala."
Setelah berpekan-pekan serangan roket yang meningkat atas bagian selatannya, Israel tampak tak berniat menghentikan aksi balasannya, dengan Netanyahu diberitakan menyatakan pembicaraan satu gencatan senjata "bahkan tidak dalam agenda".
Ismail Haniya, mantan perdana menteri Gaza dan pejabat Hamas yang paling senior di wilayah kantung pesisir itu, juga mengesampingkan diakhirnya permusuhan.
"(Israel) adalah pihak yang memulai agresi ini dan harus dihentikan karena kami (hanyalah) membela diri," kata dia.
Kepala Staf Angkatan Darat Israel Letnan Jenderal Benny Gantz memperingatkan para militan Gaza bahwa tentara bermaksud "memperluas aktivitas seperlunya dengan seluruh kekuatan seperlunya".
Israel telah membenarkan persiapan-persiapan sedang dilakukan untuk melancarkan serangan darat, dengan tank dan artileri yang dikerahkan di sepanjang perbatasan dan sebanyak 33.000 tentara cadangan dimobilisasi dari 40.000 orang yang disetujui kabinet. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...