Jurnalis Taiwan Anggap Pertemuan Xi-Ma Tidak Terlalu Spesial
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kontributor media online Taiwan, Central News Agency, Jay Chou tidak menganggap pertemuan Presiden Tiongkok, Xi Jinping dan Presiden Taiwan, Ma Ying Jeou terlalu spesial.
“Saya menganggap biasa, mungkin rakyat kami (Taiwan, Red) yang menganggap antusias, saya tidak terlalu yakin dengan formalitas itu, karena mereka hanya bersalaman di depan media dan kemudian mereka menggelar pertemuan tertutup,” kata Chou kepada satuharapan.com, hari Senin (9/11) sebelum penyampaian sikap resmi Pemerintah Taiwan terhadap pertemuan Presiden Taiwan Ma Ying Jeou dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping, di Gedung Artha Graha Lantai 17, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jakarta, hari Senin (9/11).
Chou mengemukakan ada beberapa demonstran di Taipei yang kurang setuju dengan pertemuan kedua pemimpin tersebut, karena dianggap terlalu tergesa-gesa.
Chou mengemukakan bahwa rakyat Taiwan harus mengawasi terus proses perdamaian di negara yang bertetangga dekat itu. “Ibaratnya kami (Tiongkok dan Taiwan, Red) ini saudara, seperti Korea Utara dan Selatan. Pemerintah kami sering berbeda pendapat soal politik, namun kami tetap bersahabat,” kata dia.
Chou mengatakan dengan angin perdamaian yang dihembuskan dari Taiwan dan Tiongkok dapat berimbas positif dan berpengaruh ke kawasan lainnya termasuk Asia Tenggara dan Indonesia.
Pertemuan Xi Jinping dan Ma Ying Jeou
Pertemuan antara Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Taiwan Ma Ying Jeou terjadi di Singapura, hari Sabtu (7/11).
Pembicaraan antara Presiden Tiongkok dan Presiden Taiwan merupakan pertemuan pertama antara kedua pemimpin negara itu sejak perang saudara Tiongkok berakhir pada 1949.
Kedua pemimpin ini berjabat tangan dan tesenyum di hadapan wartawan, Presiden Xi mengenakan dasi berwarna merah yang merupakan warna Partai Komunis. Sementara Presiden Ma mengenakan warna biru yang merupakan warna Partai Nasionalis Taiwan.
Di dalam ruang pertemuan, Presiden Xi yang berbicara terlebih dahulu dan duduk di hadapan Presiden Ma, mengatakan bahwa Tiongkok di dua negara yang dipisahkan oleh Selat Taiwan ini memiliki kemampuan dan kebijakan untuk menyelesaikan masalah mereka.
Sebagai jawaban, Presiden Ma mengatakan diri dia bertekad untuk mendorong perdamaian di Selat Taiwan, dan bahwa hubungan kedua negara harus berdasarkan ketulusan, kebijakan dan kesabaran. Secara tidak langsung Presiden Ma meminta Presiden Xi untuk menghormati demokrasi Taiwan.
Editor : Eben E. Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...