Kacang Hijau, Sumber Protein Nabati Penangkal Anemia
SATUHARAPAN.COM – Kacang hijau umumnya kita kenal dalam bentuk masakan bubur, olahan kacang hijau dengan gula aren dan seikat daun pandan yang disajikan dengan tambahan santan. Kacang hijau juga diolah menjadi isi onde-onde, bakpau, atau gandasturi, atau juga sebagai bahan utama dalam membuat rempeyek.
Tepungnya, dikenal sebagai tepung hunkue, bahan untuk pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun.
Kacang hijau menurut Wikipedia adalah sejenis palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi, vitamin (A, B1, dan C), serta beberapa mineral.
Kelebihan kacang hijau adalah kecambahnya (tauge) mengandung vitamin E yang tidak ditemukan pada kacang tanah dan kedelai. Menurut Ir IGA Ari Agung M, dosen Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya, kandungan gizi yang terdapat dalam 110 gram kacang hijau antara lain, 345 kalori, 22,2 gram protein, 1,2 gram lemak, dan sisanya berupa vitamin A, B1, 1,157 IU, mineral fosfor, zat besi, dan mangan.
Kacang hijau dikutip dari umm.ac.id, merupakan sumber gizi, terutama protein nabati. Protein pada kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77 persen, yang bermanfaat untuk ibu hamil karena kandungan protein berguna untuk pertumbuhan sel. Kalsium dan fosfor bermanfaat untuk tulang, serta kandungan serat dapat membantu melancarkan saluran pencernaan.
Kacang hijau baik pula bagi kesehatan janin. Asam folat dalam kacang hijau berguna bagi bayi agar terhindar lahir dengan kondisi cacat, dan dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Selain itu kacang hijau, sangat bermanfaat untuk ibu menyusui, karena mengandung polifenol dan asam amino yang dapat meningkatkan produksi ASI.
Kacang hijau termasuk bahan makanan yang tinggi daya cernanya (tidak menghasilkan gas saat diasup), cocok diberikan pada bayi yang sudah mulai diberi makanan pendamping ASI (MPASI), dan juga untuk para lansia. Selain kaya serat, kacang hijau mengandung vitamin B kompleks, provitamin A, zat besi, kalsium, dan fosfor.
Morfologi Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau, dikutip dari unud.ac.id, merupakan tanaman semusim yang berumur pendek (60 hari). Tanaman kacang hijau memiliki batang tegak, dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm bergantung pada varietasnya. Tanaman ini bercabang banyak. Batang utamanya berbentuk bulat dan berbulu, warna cabangnya berwarna hijau atau ungu. Kacang hijau berakar tunggang.
Daunnya tumbuh majemuk, tiga helai anak daun tiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua serta letak daunnya berseling. Tangkai daun lebih panjang daripada daunnya sendiri.
Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaphrodite), dapat menyerbuk sendiri, berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning.
Polongnya berbentuk silindris. Polong muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau cokelat. Dalam satu polong terdapat 5 – 16 butir biji. Biji umumnya berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap, namun adapula yang berwarna kuning, cokelat, dan hitam. Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain.
Bunga muncul di ujung percabangan pada umur 30 hari. Munculnya bunga dan pemasakan polong pada tanaman kacang hijau tidak serentak sehingga panen dilakukan beberapa kali. Bagian kulit biji kacang hijau mengadung mineral antara lain fosfor (P), kalsium (Ca), dan besi (Fe). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak.
Tanaman kacang hijau, seperti dikutip dari healthbenefitstimes.com, memiliki nama ilmiah Vigna radiata. Dalam bahasa Inggris kacang hijau dikenal dengan nama mung bean, juga green gram, dan golden gram.
Dalam bahasa Tiongkok, kacang hijau dikenal dengan nama chi xiao dou. Sementara itu, di negara tetangga yakni Filipina, kacang hijau disebut dengan nama balatong.
Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang cadi (Makassar), kacang hejo (Sunda).
Kacang hijau berasal dari India serta di tanam hingga seluruh Asia. Dulunya orang-orang Tiongkok menggunakan kacang hijau untuk obat-obatan, seperti menurunkan panas serta mengeluarkan racun di dalam tubuh.
Khasiat Herbal Kacang Hijau
Kacang hijau dikutip dari uin-suska.ac.id, sejak dulu sudah dikenal dan digunakan sebagai obat tradisional, dan merupakan sumber vitamin E yang berkhasiat antisterilitas. Menurut Drs Didik Gunawan, Apt SU, dosen pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, beberapa penyakit bisa dibantu penyembuhannya dengan mengasup kacang hijau, yaitu sebagai peluruh kencing, sakit perut, biang keringat anak-anak, bisul, rambut rontok, sakit lambung, varises, bayi demam, sakit kepala, sariawan, dan beri-beri.
Hasil penelitian KAISI, lembaga penelitian kesehatan tubuh manusia di Korea, yang dikutip dari umm.ac.id, menyebutkan bahwa tiap 100 gram tauge kacang hijau mengandung 4,2 g protein, 3,4 g karbohidrat, 1,0 g lemak 47 g kalori, 9,2 g air, dan 15 g vitamin C. Kacang hijau juga merupakan sumber gizi, terutama protein nabati. Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap, karena mengandung zat-zat gizi, antara lain minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E).
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi dan Sains Uhamka, Jakarta, meneliti aktivitas antihiperglikemik ekstrak etanol dari tempe kacang hijau. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol tempe kacang hijau memiliki aktivitas terhadap penurunan kadar glukosa darah, dan kacang hijau telah direkomendasikan sebagai pangan alternatif untuk penderita diabetes.
Kacang hijau selain dapat menurunkan kadar glukosa darah juga baik untuk menurunkan kolesterol jahat. Hal ini dibuktikan oleh riset Novi Cynthia Prisma Dewi dari Program Studi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro Semarang. Ia meneliti kandungan isoflavon pada kacang hijau ampuh menurunkan kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL). Untuk itu, ia menggunakan 28 tikus putih jantan galur Sprague dawley sebagai hewan uji.
Hasilnya tikus yang mengonsumsi 0,45 g ekstrak kacang hijau, kadar kolesterol jahat (LDL) turun 21,06 persen. Kelompok yang mengonsumsi 1,35 g ekstrak kacang hijau mengalami penurunan kadar LDL 17,37 persen. Isoflavon dalam kacang hijau merupakan fitosterol yang mampu menghambat absorpsi kolesterol, baik yang berasal dari diet maupun kolesterol yang terbentuk oleh hati. Menurut Novi isoflavon juga dapat mengaktifkan enzim sitokrom P-450 yang mampu mengikat kolesterol menuju asam empedu sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol darah itu.
Sedangkan Amirul Amalia,SST, MKes, dosen Kebidanan Stikes Muhammadiyah Lamongan Jawa Timur telah meneliti efektivitas minuman kacang hijau terhadap peningkatan hemoglobin (Hb). Ia melakukan penelitian, dengan mengambil sampel mahasiswi kebidanan Stkes. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi kadar hemoglobin (Hb) sebelum dan sesudah pemberian minuman kacang hijau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin (Hb) 9,6 gr/dl atau mengalami anemia ringan, sebelum pemberian minuman kacang hijau, dan rata-rata kadar hemoglobin (Hb) 10,6 gr/dl atau tidak anemia, setelah pemberian minuman kacang hijau. Ada pengaruh pemberian minuman kacang hijau terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb). Melihat hasil penelitian itu maka mahasiswi dianjurkan minum kacang hijau terutama pada saat menstruasi atau setelah menstruasi untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi.
Editor : Sotyati
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...