Kades Ragamulia, Timotius Trimin, Memimpin Menurut Teladan Yesus
SATUHARAPAN.COM - Bagi Kepala Desa (Kades) Ragamulia, Kaliwungu, Semarang Jawa Tengah, Timotius Trimin siapa pun yang membutuhkan pelayanan itulah yang dilayani. Itulah aplikasi pengajaran Yesus mengenai “menjadi garam dan terang dunia” bagi Pendeta GKJ Susukan sekaligus Kades Ragamulia itu saat ditemui satuharapan.com (29/8). Ia menandaskan hal percuma jika aplikasinya nol, walaupun dapat berkhotbah dengan bagus dan enak didengar.
Setidaknya ada tiga aspirasi yang ia emban, yaitu penataan tanah kas desa, sertifikasi tanah desa, dan bangunan kantor desa. Itulah motivasi yang mendorong Trimin untuk terus melayani masyarakat dengan mengembangkan desa yang ia pimpin.
Perkembangan terakhir mengenai tanah kas sudah diukur dan dibenahi. Proposal untuk bangunan kantor desa pun sudah diajukan ke pusat. “Dengar-dengar sudah sampai Jakarta,” tambah Kades Ragamulia yang membawahi enam dusun antara lain Rogomulyo, Suruhan, Gegunung, Gumuk, Jangkrikan, dan Genting.
Sedangkan sertifikat tanah misalnya, setelah berhasil menyelesaikan sertifikasi 225 bidang tanah milik masyarakat, Trimin mengajukan sebanyak 400 bidang lagi ke BPN. Pada waktu lalu untuk acara simbolis penyerahan sertifikat 225 bidang tanah itu sudah dilakukan di Borobudur, tinggal dibagikan. “Mungkin kalau disetujui mulai November nanti 400 bidang mulai dilakukan pemberkasan,” kata Kades Trimin pada satuharapan.com. Bahkan 36 bidang tanah yang terkena proyek jalan tol juga sudah selesai pemberkasan yang dikebut dua hari.
Lurah ini juga diminta warga untuk memimpin dua periode. Alasannya sertifikasi tanah membutuhkan pengawalan yang relatif lama karena 400 bidang adalah jumlah yang banyak. Lebih dari itu, tiap tahun BPN pun membatasi jumlah sertifikat diajukan untuk diproses. “Ya nanti itu gampang, sing penting nyambut gawe dhisik (yang terpenting adalah kinerjanya dahulu),” kata Trimin menanggapi permintaan warganya.
Pendidikan Bagi Warga
Selama menjabat kades, dia berharap dapat membangun desa lebih detail. Seperti 10 tahun lalu saat Trimin menjadi pendatang, Ragamulia belum memiliki Taman Kanak-Kanak (TK) maupun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tetapi, sekarang di sana sudah ada TK Bhineka Tunggal Ika buah dari PNPM.
Di sana sekarang juga berdiri PAUD dan TK Tunas Mulia yang dimiliki oleh Karang Taruna setempat. “Bahkan anak pertama sampai ketiga bersekolah TK di Ampel, termasuk adanya Pondok Bersalin Desa (Polindes) juga hasil kerjasama dengan Pemda,” dia menjelaskan. Perkembangan lain adalah adanya polindes merupakan hasil kerjasama dengan Pemda setempat.
Menyoal pendidikan terutama politik dan keuangan, sosok Timotius Trimin ini berusaha menjadi semacam fasilitator bagi para politikus dengan warga. Khususnya untuk berembug secara langsung mengenai program-program yang dapat dikerjakan bersama dan sampai dengan bagaimana operasionalnya.
Hal ini ditempuh untuk menghindari potensi pemelintiran karena uang adalah hal sensitif. “Jika diminta caleg apa pun partainya untuk mengumpulkan orang yang saya bantu mengumpulkan agar dapat bertemu dengan warga langsung, biar rakyat yang memilih” tegas pria itu.
Proses pemilihan Kepala Desa Ragamulia yang tidak berbasis agama dan bebas uang politik ini mengangkat martabat warga di mata masyarakat sekitar. Hal ini mendorong kemunculan tokoh baru daerah yang “lurus”, walaupun tidak selalu berujung kemenangan seperti Ragamulia.
Air untuk Warga
Pengalaman terberat adalah tahun 2009 saat adanya program Pengadaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Kesulitan itu akibat permasalahan yang pernah terjadi menyoal pengadaan air bersih bagi Desa Ragamulia dan sekitarnya.
Tetapi Pamsimas itu dapat digarap dengan baik hingga berbuah Hibah Intensif Desa (HID). “Saya aktif di sana mulai dari mencari titik air sampai distribusinya ke rumah-rumah,” tutur perangkat Desa Ragamulia ini. Hadiah berupa HID itu dimanfaatkan untuk membangun sumur air yang baru.
Ke depan Trimin memiliki gagasan untuk membangun satu sumur air tambahan. Walaupun Ragamulia sudah ditopang dengan dua sumur untuk memasok air bersih untuk warga, kebutuhan air terus bertambah. Sedangkan untuk hari-hari tertentu debit air yang dihasilkan tetap sumber air selama ini masih kurang. Ini hanya sumur untuk air minum, bukan diperuntukkan pengairan sawah ladang dan ternak.
“Sekarang tinggal merencanakan apa yang akan dibangun tahun depan,” ucap dia sambil menyudahi percakapan dengan satuharapan.com di kediaman Pak Kades itu.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...