Kadin Minta Pemerintah Upayakan Kurs Dolar Kembali ke Rp12.500
"Kami mengingatkan dengan keras kepada pemerintah, jangan ada lagi `statement` (pernyataan) yang mengatakan bahwa kita masih aman di bawah Rp 15.000. Karena spekulan akan bermain lagi untuk memainkan kurs rupiah."
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menginginkan pemerintah dapat mengerahkan berbagai upaya yang diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Kami berharap pemerintah bisa menjaganya (nilai rupiah) sesuai target yang ada dalam APBNP-2015 yang dipatok sekitar Rp 12000-Rp 12500 per satu dolar AS," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (17/3).
Dengan demikian, menurut Yugi, baik pengusaha yang berorientasi ekspor maupun pengusaha yang berorientasi impor saling bisa menikmati keuntungan yang layak.
Untuk itu, ujar dia, Kadin mendukung Menkeu dan Bank Indonesia dalam mengendalikan nilai mata uang rupiah.
Ia menegaskan bahwa pemerintah juga harus tetap memiliki pemahaman utuh dalam mengendalikan nilai rupiah.
"Kami mengingatkan dengan keras kepada pemerintah, jangan ada lagi `statement` (pernyataan) yang mengatakan bahwa kita masih aman di bawah Rp 15.000. Karena spekulan akan bermain lagi untuk memainkan kurs rupiah," ucapnya.
Wakil Ketua Umum Kadin menegaskan pada intinya, pelaku usaha menginginkan kurs rupiah yang stabil, tapi harus ada kejelasan sampai di level berapa angka rupiah tersebut.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan, pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang saat ini terjadi berbeda dengan kondisinya pada tahun 1998, karena tidak dipengaruhi dampak inflasi dalam negeri.
"Berbahaya dolar naik kalau inflasi. Sekarang justru 1 dolar sama dengan Rp 13.000, tetapi inflasinya turun," kata Wapres Jusuf Kalla, seusai pertemuan dengan sejumlah pimpinan perusahaan Jepang di Tokyo, Jumat (13/3).
Dengan demikian, menurut dia, penurunan kurs rupiah berarti lebih banyak terjadi karena sumber yang berasal dari luar negeri.
"Yang dikhawatirkan kalau dolar melemah itu karena inflasi. Namun kita saat ini deflasi," ujarnya dan menegaskan bahwa pelemahan rupiah pada saat ini lebih karena faktor luar negeri.
JK berpendapat karena deflasi, harga-harga akan turun, sehingga banyak pengusaha-pengusaha yang masuk dan menanamkan investasinya di Tanah Air.
Ia juga mengemukakan bahwa pada saat ini tidak ada faktor yang bisa mengakibatkan mata uang rupiah melemah sampai Rp 15.000. "Rp 13000 itu angka stabilitas baru," ucapnya. (Ant)
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...