Kadisdik DKI: Kearifan Lokal Harus Diajarkan Sejak Usia Dini
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lasro Marbun, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi DKI Jakarta mengemukakan kepada satuharapan.com tentang kearifan lokal dalam pendidikan harus mulai dari usia dini, tidak hanya itu beliau memberi penjelasan singkat tentang konsep revolusi mental dalam bidang pendidikan dasar.
Lasro menjelaskannya pada Senin (29/9) malam seusai acara penyambutan tim Pesta Paduan Suara Mahasiswa Gerejawi (Pesparawi) ke-13 tahun 2014 oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, di Balai Agung, Kantor Gubernur DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.
Berikut petikan wawancaranya.
Satuharapan.com (SH): Pak Lasro, pekan lalu kan ada Seminar Nasional di dinas Anda sehubungan dengan peringatan Hari Guru Internasional yang mengambil tema keragaman dalam pendidikan, akan tetapi bisa bapak beri penjelasan lebih lagi apa yang kurang dari keragaman di pendidikan secara global?
Lasro Marbun (LM): Sebenarnya sudah ada kan, karakter Indonesia itu sudah ada tentang karakter toleransi, menghargai, santun, sopan dan ramah sama tamu, hormat, sebenarnya sudah ada, tidak perlu mengusik kan sudah ada, dan itu yang sebenarnya dikembalikan lagi ke setiap peserta didik.
SH: Lantas kalau di situ revolusi mentalnya di mana?
LM: revolusi mental itu tadi, kita harus meyakini bahwa bangsa kita ini besar, bangsa kita ini luar biasa, bukan pengutang, dan kita tidak rendah. Caranya bagaimana? Kalau dalam tataran saya semua itu diformulasikan menjadi kurikulum. Bagaimana kalau menuju mental yang baik itu ? artinya kepribadian para peserta didi dirombak dulu gitu.
Kepribadian itu apa? Kepribadian adalah nilai-nilai kesusilaan kita yang dipengaruhi oleh dilatarbelakangi oleh suku bangsa di Indonesia.
SH: Menurut Ibu Henny Supolo Sitepu pekan lalu (saat seminar yang diselenggarakan Dinas Pendidikan) menjelaskan bahwa pendidikan kita kehilangan kearifan lokal, jadi bagaimana itu Pak?
LM: Nah, itu tadi kalau kita berbicara nilai kesusilaan itu lahir ke setiap orang-orang dalam satu lingkup yang sama dan sering kita sebut nilai-nilai lokal, sehingga dalam scope ilmiah bisa kita sebut sebagai kearifan lokal. Misalnya teman-teman lokal anak bangsa dari Jawa, misalnya kalau berdiskusi dengan orang tua tidak bertatapan muka, sebaliknya kalau yang dari Batak bertatapan muka.
Akan tetapi saat ini lebih penting kalau berbicara kearifan lokal dalam skala Indonesia, maka tidak perlu membicarakan hal yang sudah diketahui umum untuk diungkapkan. Nah para peserta didik untuk memulai membiasakan diri dengan kearifan lokal itu mulai dari mana? Dimulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), pendidikan dasar. Jadi dalam teori revolusi mental di pendidikan itu, dimulai dari peserta didiknya harus mempunyai mental yang siap untuk menerima kemajuan, dan nantinya mengembangkan teknologi dalam skala pendidikan, kan begitu.
Siapkan dulu mental dan kepribadiannya, karena kalau sudah siap maka dia tidak akan menyalahgunakan dan tidak akan merasa paling benar, paling hebat, menang sendiri, dan harus hilangkan sifat-sifat seperti itu.
Sebaliknya, kalau para peserta didik itu sudah punya kepribadian yang kuat maka itu merupakan kesempatan yang besar dari Tuhan untuk dia sebarkan kepada orang lain sebagai bentuk kemudahan.
Kalau peserta didik sudah punya kepribadian maka dia tidak akan berpuas diri, dan sebaliknya dia akan terus mengembangkan diri. Ok, segitu dulu ya...
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...