Kalangan Lansia Rentan Jadi Korban Kekerasan Keluarganya Sendiri
ADELAIDE, SATUHARAPAN.COM - Kelompok advokasi mengatakan banyak orang yang meremehkan tingkat kekerasan terhadap orang tua, termasuk di Australia. Kini mereka menyerukan kesadaran dari warga soal masalah kekerasan ini.
Sekitar 200 perawat warga lanjut usia atau lansia, berkumpul di Adelaide untuk membahas masalah kekerasan terhadap lansia di konferensi World Elder Abuse Awareness.
Diperkirakan sekitar lima persen warga Australia berusia di atas 65 tahun pernah menderita pelecehan.
Pelecehan ini dalam bentuk kekerasan fisik, emosional, sosial atau keuangan. Ironisnya, kekerasan ini justru sering dilakukan oleh anak-anak atau anggota keluarganya sendiri.
Val French dari Yayasan bernama Older People Speak Out mengatakan bahwa kebanyakan dari korban sulit meminta pertolongan.
"Masalahnya, satu hal yang Anda tidak akan pernah akui adalah jika Anda mengalami kekerasan dalam keluarga Anda sendiri," ujar Val seperti dilansir australiaplus.com, Rabu (17/6).
Menurut Val, jarang ada korban yang melapor karena perasaan malu. Hal ini juga berkaitan dengan menjaga perasaan keluarga sendiri, sering kali korban sendiri merasa bersalah.
Tak hanya itu, Val mengaku kalau banyak di antara korban sangat menggantungkan hidupnya pada pelaku kekerasan.
"Orang-orang yang sudah lanjut usia sangat lemah ketika harus berhadapan dengan orang-orang yang menjaga dan merawat mereka," ujarnya.
Sementara itu, menurut Marilyn Crabtree dari Lembaga Advokasi Warga Lansia di Australia, perlu adanya kesadaran soal ini.
"Sangat penting bagi warga untuk tahu bentuk kekerasan seperti apa yang terjadi, bagaimana mereka dieksploitasi. Kemudian mereka bisa berpikir dan siapa tahu bisa menyadari jika hal ini terjadi pada seseorang dalam keluarganya," ujar Crabtree.
Dari laporan yang disebutkan Crabtree, kelompoknya menerima sekitar 600 laporan pelecehan terhadap manusia lanjut usia (manula) setiap tahunnya.
"Persentase-nya bisa sama sekitar 50-50, antara laki-laki dan perempuan yang menjadi pelaku tindak kekerasan. 65 persen korbannya adalah wanita berusia lanjut, dan sisanya adalah pria," jelasnya.
Hal ini berbeda dengan tindak kekerasan di dalam rumah tangga, yang kebanyakan semua korban adalah perempuan, dan kebanyakan pelaku adalah pria.
Pemerintah Australia Selatan mengatakan sedang menyiapkan hotline telepon yang dapat dihubungi oleh para manula yang mendapatkan tindak kekerasan dari anggota keluarganya.
Menteri Urusan Warga Manula, Zoe Bettison mengatakan saluran telepon tersebut memberikan kesempatan bagi warga manula untuk melaporkan soal perilaku yang mereka terima, baik dari anggota keluarga sendiri, teman atau tetangga.
"Apakah gerakan Anda dibatasi seseorang? Tetangga Anda mungkin bisa melapor kepada kami untuk meminta bantuan yang kami sediakan," ujar Bettison.
Val menyambut baik gagasan yang akan segera dibuat di negara bagian Australia Selatan. Ia berharap negara-negara bagian lain di Australia dapat mengambil langkah sejenis.
Val menegaskan bahwa meningkatan kesadaran adalah langkah pertama agar korban menyadari bahwa mereka tidak sendirian.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...