"Kami Menginginkan Irak, Tapi Irak Tidak Menginginkan Kami"
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM – Seorang pendeta di Irak, Canon Andrew White, yang telah menyaksikan penurunan drastis populasi warga Kristen di Irak sejak kwelompok yang menamakan dirinya Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) mulaimenyerang negara itu.
Pendeta yang dijuluki Vikaris Baghdad itu memperingatkan melalui halaman Facebook-nya dan dalam wawancara dengan media bahwa kelompok militan NIIS yang mel;ancarkan terror di Irak bagian utara kemungkinan berikutnya akan menyerang ibu kota negara itu, Baghdad.
"ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) tampaknya telah dihentikan pada lima km dari Baghdad," tulis White, hari Selasa (30/9).
White seperti dikutip Huffington Post menyebutkan, "Kabar terakhir pagi ini tampaknya adalah akses lebih lanjut ISIS terhadap Baghdad tampaknya telah dihentikan. Seberapa jauh mereka dari sini bervariasi, sesuai yang memberikan informasi, tetapi mereka tampaknya 5-15 mil jauhnya dan pada 12 jam terakhir tidak semakin dekat. Jadi kita hidup dalam pengharapan. "
Dia menyebutkan alasan untuk waspada yang terburuk karena tindakan kelompok tersebut. NIIS disebutkan secara sistematis menyerang warga Kristen, Yazidi dan kelompok minoritas lainnya, selain mereka juga membuat hidup umat Islam Irak menderita.
Dalam sebuah wawancara dengan The Telegraph pada hari Minggu (28/9) White menyebutkan bahwa untuk pertama kalinya dalam 2.000 tahun, semua gereja di kuno, gereja di kota Mesopotamia utara, Niniwe, ditutup, dan warga Kristen tidak dapat beribadah dan merayakan komuni.
"Banyak orang Kristen sangat takut pada apa yang terjadi pada komunitas mereka di wilayah utara. Beberapa warga kehilangan kerabat dan semua harta, rumah mereka, perabot, mobil. Mereka tidak memiliki apa-apa lagi," kata dia. "Sejujurnya, setiap orang Kristen ingin pergi."
Pernyataan White senada dengan apa yang pernah diungkapkan oleh The Washington Post dalam sebuah opini pada bulan September yang berpendapat bahwa "agama Kristen di Irak selesai." Koresponden Daniel Williams menghabiskan 10 hari berbicara dengan para pengungsi Kristen di Irbil, ibu kota daerah otonom di utara, Kurdistan.
Banyak di antara mereka yang mengungkapkan tidak ada keinginan untuk kembali ke rumah mereka di Irak utara di mana kehidupan mereka telah menjadi menderita sejak awal perang pada tahun 2003.
Serangkaian serangan yang luar biasa kejam yang mengguncang komunitas Kristen dilakukan oleh pemberontak di Mosul pada periode 2005-2008. Pada Oktober 2006, imam gereja Ortodoks, Boulos Iskander diculik dan dibunuh, diikuti dua tahun kemudian penculikan dan pembunuhan Uskup Agung Paulos Faraj Rahho.
Seorang pengungsi Kristen mengatakan kepada Williams, "Kami menginginkan Irak, tapi Irak tidak menginginkan kami.”
Di Irak, pasukan pemerintah yang dibantu militer Amerika Serikat yang melancarkan serangan udara, telah berhasil menahan ekspansi militan NIIS ke Baghdad. Hal itu memberika harapan bagi White dan komunitasnya beberapa alasan untuk mempunyai harapan.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...