EKONOMI
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja
10:24 WIB | Jumat, 21 November 2014
Kampanye Anti Halal Meluas di Australia
CANBERRA, SATUHARAPAN.COM - Kampanye memboikot produk makanan berlabel halal terus meluas dan mendapatkan momentum di seluruh Australia.
Kampanye ini mengklaim bahwa sertifikasi halal telah menyebabkan harga produk mahal dan uang yang dibayarkan perusahaan untuk mendapatkan label halal digunakan untuk mendanai terorisme, Radio Australia melaporkan pada Jumat (21/11).
Gerakan boikot produk halal di Australia dimulai oleh sekumpulan orang yang berafiliasi dengan kelompok anti-halal, kelompok anti Islam dan kelompok nasionalis.
Saat ini kelompok terbesar yang tergabung dalam gerakan boikot produk islam di internet bernama ‘Boycott Halal in Australia (Boikot Halal di Australia)” memiliki anggota lebih dari 36 ribu orang
Pemimpin gerakan ini memilih tidak mengungkapkan identitasnya dan jauh dari sorotan, sementara dia diam-diam mengarahkan anggotanya untuk menyerang bersama-sama profil perusahaan yang menjadi target sasarannya di internet dan memboikot produk mereka.
“Lebih dari 37 ribu orang sudah mengirim surat kepada pemerintah mendesak agar menindak aturan label halal ini sehingga orang tahu kalau mereka punya pilihan. Kami tidak keberatan dan tidak melarang orang untuk mengkonsumsi makanan halal, tapi kami tidak ingin membayar untuk mendapatkan label halal tersebut. Kita tidak perlu label halal itu dan kita tidak perlu membayarnya,” kata Tim Delaney pimpinan kampanye dalam wawancara dengan stasiun TV Australia.
“Sejumlah perusahaan yang kami tanya mengaku mereka harus membayar untuk mendapatkan label halal dan itu menambah biaya produk. Beberapa perusahaan mengatakan, kita menyerap biaya itu, tapi kami katakan, ada perusahaan tidak seperti itu, mereka akan membebankan biaya itu pada kami konsumen," katanya.
Boikot produk halal rugikan perusahaan lokal
Perusahaan Susu dan Yoghurt Fleurieu merupakan perusahaan pertama yang menjadi korban dari kampanye boikot anti-halal.
Perusahaan asal Australia Selatan ini menuai banyak kecaman di media sosial setelah mengupayakan sertifikasi halal untuk produk yoghurtnya.
Sertifikasi halal itu dilakukan perusahaannya enam bulan lalu sebagai prasyarat mendapatkan kontrak memasok yoghurt senilai $50.000 dengan Maskapai Emirates.
"Biaya sertifikasi itu $1,000. Dan label halal itu membuka kepada pasar yang lebih luas dan merupakan langkah yang penting,” kata Nick Hutchinson, Manajer Komunikasi Fleurieu.
Komentarnya ini diunggah dan diteruskan ke seluruh jaringan situs facebook anti halal, dan mencuatkan kebencian di internet terhadap produknya. Perusahaan Fleurieu kemudian membatalkan sertifikat halal itu dan kehilangan kontrak dengan Emirates.
Hutchinson mengatakan dirinya dituduh mendukung teroris.
“Seorang wanita menelpon saya dan bertanya apakah saya bahagia karena telah berkontribusi pada serangan 9/11 dimana dia kehilangan salah seorang anggota keluarganya,” cerita Hutchinson.
"Itu tudingan yang sangat keterlaluan – sesuatu yang tidak saya sangka dan sangat mengada-ada,” katanya.
Hutchinson mengingatkan mereka yang terlibat dalam kampanye boikot anti halal kalau mereka merugikan perusahaan lokal.
"Jika bisnis kami hilang bangkrut maka usaha kami akan digantikan oleh perusahaan di Jepang atau Eropa atau perusahaan multinasional, apakah itu kondisi yang menurut mereka lebih baik? Saya yakin kebanyakan orang akan tidak sepakat dengan hal itu."
Mantan kandidat Partai Politik Nasionalis One Nation dan juru kampanye anti-Masjid di Australia, Mike Holt yang bergabung dalam kampanye mengatakan dirinya tidak terkejut perusahaan susu dan yoghurt Fleurieu banyak dilecehkan.
“Alasan pertama ini Australia, kita bukan negara Islam, aturan ini diberlakukan kepada kita tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu, apakah kita pernah memberikan suara pada referendum untuk mewajibkan seluruh produk di supermarket memiliki label halal? Saya tidak?
“Jadi jika mereka tidak mengubah cara mereka dan tidak bertindak patriotik terhadap Australia, mereka layak menerima apa yang mereka dapatkan. Ini kekuatan pasar, "kata Mike Holt. (radioaustralia.net.au)
BERITA TERKAIT
KABAR TERBARU
Natal dan Tahun Baru, Menag: Beri Kesempatan Umat Beribadah ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menekankan pentingnya menciptakan suasana y...