Kampanye Caleg Unik Memakai Superhero
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Egy Massadiah Calon Anggota Legislatif (caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia, dari Partai Golongan Karya (Golkar) gundah. Ia melihat iklan para caleg yang menempelkan spanduk di pohon, tiang, dan tembok. Akhirnya, ia berkampanye melalui website memakai tokoh superhero yang lebih apresiatif, kreatif, dan tidak merusak wajah kota.
Berdasarkan siaran pers yang diterima redaksi satuharapan.com, Senin (27/1), Egy melihat bahwa menjelang Pemilu 2014 iklan-iklan para caleg menjamur bak cendawan di musim hujan. Tapi, sayangnya iklan mereka bukannya menarik simpati tapi malah menuai hujatan. Itu disebabkan karena iklan caleg dipasang sembarangan dan sangat mengotori wajah kota. Penggunan website dirasa lebih apresiatif terhadap kampanye kreatif yang ber-budget rendah tanpa merusak lingkungan sekitar kota.
Menurut Caleg daerah pilihan DKI II—Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan luar negeri—mengatakan, public space yang seharusnya menjadi penyegar mata justru dikotori dengan gambar-gambar caleg yang mengumbar janji. Pohon, tiang, tembok, bahkan jembatan menjadi objek penempelan gambar kampanye caleg. Jika pohon-pohon itu bisa berbicara mungkin sudah berteriak “Jangan menempel gambar anda disini wahai caleg penunggu pohon!”.
Pemilik akun twitter @Egymassadiah ini, bertutur, "selain mengotori tempat umum, sampah visual akibat alat peraga yang tidak memperhatikan estetika pemandangan akan menambah pekerjaan petugas Satpol PP dan mensia-siakan biaya yang keluar'".
Ia lebih memilih membuat website yang menarik orang untuk mengetahui siapa dirinya, juga aktif dalam kampanye di media sosial seperti twitter dan facebook. Uniknya semua kampanye, di internet bernuansa tokoh superhero terkenal yaitu “Superman”. Oleh karena itu, ia lebih apresiatif terhadap kampanye kreatif yang berbudget rendah tanpa merusak lingkungan sekitar kota.
Caleg Tanpa Visi Misi
Menurut anak didik Putu Wijaya di Teater Mandiri dari www.egymassadiah.com menjelaskan, mencalonkan di wilayah eksekutif memang wajib melampirkan visi dan misinya, karena berada di area eksekusi atau eksekutor. Sedangkan yang dituju adalah pemilihan legislatif. Tugas legislatif sudah sangat jelas, legislasi/membuat undang-undang dan budgetting. Hal yang tak kalah pentingnya, tugas ini merupakan tugas kolektif para anggota dewan secara keseluruhan.
“Saya tidak punya visi misi yang muluk-muluk. Saya hanya mau bekerja dengan baik, bekerja dengan sungguh-sungguh, dan berdoa agar hasil kerja saya mendapat manfaat bagi orang banyak,” terang Egy.
Ia menambahkan, wakil rakyat tidak harus berlatar belakang politik. Memang dunia politik memiliki seribu peta buta. Seorang wakil rakyat wajib punya komitmen berkarya, bekerja sungguh sungguh untuk orang banyak.
“Gak usah mikirin urusan politik kelas tinggi, kita bicara yang konkret-konkret saja, yang langsung berdampak pada masyarakat,” tegas Egy.
Teater Mandiri
Sejak tahun 1983, ia aktif sebagai anggota Teater Mandiri sampai sekarang. Kehidupan jelata bukan barang aneh baginya. Ia tetap mempraktekkan ethos kerja teater " Bertolak dari yang Ada", sehingga bergulat di lapangan becek, mengucurkan keringat, dalam segala kekurangan dan ketidakpastian baginya tak sulit. Karena itu ia percaya komunitas pergaulan dan silaturahim bukan hanya tempat bermain dan bertemu. Tetapi juga mengasah dan menempa manusia menjadi mandiri, berdisiplin, punya arah dan paham bekerja sebagai sebuah tim.
Ia mempunyai ambisi menjadikan teater sebagai kantong yang mengolah generasi muda Indonesia untuk siap pakai dalam membangun NKRI, yang baru dan satu menjadi menarik. Kehidupan dan negara sendiri, kata Egy, adalah sebuah panggung teater yang memerlukan pekerja-pekerja yang ulet, setia dan terlatih. Tak hanya cerdas, tetapi juga bijak, gesit dan memiliki kepekaan yang tinggi pada kemanusiaan.
Editor : Bayu Probo
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...