Kampanye Melawan Konsumsi Rokok Elektrik di AS
MARYLAND, SATUHARAPAN.COM – Tidak lama setelah dilontarkannya usulan untuk mengurangi kadar nikotin di dalam rokok, Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan AS hari Selasa (7/8) mengumumkan rencana kampanye pendidikan di kalangan kaum muda untuk menghindari penggunaan rokok elektrik.
Rencana ini dikeluarkan, setelah lembaga tersebut bulan lalu mengajukan usulan pengurangan kadar nikotin pada rokok konvensional, dan memberi perpanjangan empat tahun bagi produsen rokok elektrik sebagai syarat permohonan izin untuk menjual produk-produknya.
Kebijakannya yang baru “bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara peraturan bagi seluruh produk tembakau, dan peluang untuk mendorong pengembangan produk tembakau inovatif yang boleh jadi tidak terlalu membahayakan dibandingkan rokok konvensional,” kata Komisaris Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan AS, Scott Gottlieb, dalam sebuah pernyataan.
Gottlieb harus mengambil keputusan dengan hati-hati antara memenuhi kepentingan pendukung pengendalian tembakau, yang mendukung gagasan untuk mengurangi kadar nikotin dalam rokok, dan perusahaan rokok elektrik yang telah melobi agar peraturan yang diberlakukan tidak terlalu berat.
Namun, meskipun mereka mendukung usulan untuk mengurangi kadar nikotin dalam rokok konvensional, kalangan pakar kesehatan publik tidak setuju dengan usulan untuk memberikan perpanjangan tenggat waktu bagi produsen rokok elektrik untuk memenuhi persyaratan wajib tersebut, agar memperoleh izin buat penjualan produk baru maupun produk yang sudah ada.
Rencana ini berarti produk-produk rokok elektrik dengan perasa yang memikat anak-anak, ketersediannya akan lebih lama dibandingkan jika tanpa perpanjangan waktu. Dengan kampanye pendidikan yang baru inilah cara untuk mengurangi risiko dan kekhawatiran tersebut.
Lebih dari 2 juta siswa SMP dan SMA di AS saat ini adalah konsumen rokok elektrik dan peralatan sejenis lainnya pada tahun 2016 dan setengah dari siswa SMP dan SMA yang mengkonsumsi produk tembakau menggunakan dua jenis produk atau lebih, kata Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan AS.
Gottlieb mengatakan angka-angka tersebut mencerminkan “realitas yang mengkhawatirkan bahwa produk-produk tersebut adalah produk yang paling sering dikonsumsi di kalangan kaum muda.”
Kampanye pendidikan akan menjadi bagian dari kampanye “Dampak Nyata”, dari lembaga tersebut untuk mencegah konsumsi rokok dan akan dimulai pada musim gugur ini. Kampanye skala penuh akan diluncurkan pada tahun 2018. Kampanye tersebut, akan diawali dengan merilis materi digital untuk mengedukasi kaum muda tentang potensi nikotin merusak otak kaum remaja, dan menciptakan kesenangan yang menyebabkan kecanduan.
Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan AS mengatakan, lembaga itu memperkirakan kampanye “Dampak Nyata” ini mampu mencegah hampir 350.000 kaum muda dengan rentang usia antara 11 dan 18 tahun, untuk ikut-ikutan merokok untuk periode antara tahun 2014 dan 2016. (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Uskup Suharyo: Semua Agama Ajarkan Kemanusiaan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo mengatakan ap...