Kampanye Terakhir Kandidat Presiden Turki Sebelum Pemilihan Umum Hari Minggu
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM-Politisi Turki mengadakan rapat umum terakhir pada jam-jam terakhir kampanye pada hari Sabtu (13/5), menjelang pemilihan presiden dan parlemen yang sangat penting yang dapat secara signifikan membentuk masa depan Turki, yang juga anggota NATO.
Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang menghadapi tantangan terberat yang pernah ada dalam dua dekade kekuasaannya, berbicara di rapat umum di Istanbul, kota terbesar di Turki.
Penantangnya, Kemal Kilicdaroglu, dari Partai Rakyat Republik kiri-tengah (CHP) yang pro sekuler yang merupakan kandidat gabungan dari enam partai oposisi, mengadakan rapat umum terakhirnya di ibu kota, Ankara, pada hari Jumat (12/5) di bawah hujan lebat.
Pada hari Jumat, Erdogan menepis spekulasi bahwa dia tidak akan menyerahkan kekuasaan jika dia kalah dengan menyebut pertanyaan itu sebagtai “sangat konyol.” Dalam sebuah wawancara dengan selusin penyiar Turki, Erdogan mengatakan dia berkuasa melalui demokrasi dan akan bertindak sejalan dengan proses demokrasi.
“Jika bangsa kita memutuskan untuk membuat keputusan yang berbeda, kita akan melakukan apa yang diminta oleh demokrasi dan tidak ada lagi yang harus dilakukan,” katanya.
Erdogan mengatakan pada hari Sabtu (13/5) bahwa dia memandang pemilu sebagai "perayaan demokrasi untuk masa depan negara kita" dan menayangkan video untuk melemahkan lawannya karena tidak mampu memimpin Turki.
Kampanye oposisi dilanjutkan oleh wali kota Istanbul yang populer, Ekrem Imamoglu, yang mengadakan rapat umum terakhir di kota untuk meminta orang memilih Kilicdaroglu.
Pada hari Jumat, Kilicdaroglu meminta puluhan ribu orang yang berkumpul untuk mendengarkan pidato terakhirnya untuk memberikan suara pada hari Minggu (14/5) untuk “mengubah takdir Turki.” Dia mengatakan dia siap membawa demokrasi ke Turki, sebuah kritik besar terhadap Erdogan yang menindak perbedaan pendapat dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami akan menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa negara kita yang indah adalah negara yang dapat membawa demokrasi melalui cara-cara demokratis,” katanya. Meskipun Kilicdaroglu dan partainya telah kalah dalam semua pemilihan presiden dan parlemen sejak dia memimpin partai pada tahun 2010, jajak pendapat menunjukkan dia memiliki sedikit keunggulan atas Erdogan.
Partisipasi pemilih di Turki secara tradisional kuat, menunjukkan kepercayaan yang berkelanjutan pada jenis partisipasi sipil di negara di mana kebebasan berekspresi dan berkumpul telah ditekan.
Jika tidak ada calon presiden yang memperoleh lebih dari 50% suara, pemilihan putaran kedua akan diadakan pada 28 Mei.
Dewan Pemilihan Tertinggi Turki mengatakan telah memutuskan bahwa suara yang diberikan untuk kandidat lain, Muharrem Ince, yang menarik diri dari pencalonan pekanini akan dianggap sah dan pengunduran dirinya tidak akan dipertimbangkan sampai kemungkinan putaran kedua. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...