Kanselir Jerman: Putin Bertanggung Jawab Atas Kejahatan Perang di Ukraina
BERLIN, SATUHARAPAN.COM- Kanaselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan, Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertanggung jawab atas kejahatan perang di Ukraina yang telah menewaskan ribuan warga sipil.
"Invasi Rusia ke Ukraina tetap merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional," kata Scholz kepada wartawan setelah pembicaraan virtual dengan para pemimpin Barat mengenai konflik tersebut.
“Pembunuhan ribuan warga sipil seperti yang telah kita lihat adalah kejahatan perang yang menjadi tanggung jawab presiden Rusia,” katanya. “Kami merasakan kesedihan yang luar biasa bagi para korban dan juga, harus dikatakan, kemarahan besar terhadap presiden Rusia dan perang yang tidak masuk akal ini.”
Scholz, yang menghadapi tekanan yang meningkat di dalam negeri untuk mengizinkan pengiriman senjata berat ke Ukraina, mengatakan "fase baru" telah dimulai dalam konflik dengan serangan baru Rusia di Ukraina timur.
Namun meskipun berulang kali ditekan oleh wartawan tentang pertanyaan pengiriman tank, jet tempur atau senjata berat lainnya, Scholz tetap tidak jelas.
Partai Sosial Demokrat menegaskan kembali bahwa NATO tidak akan terlibat dalam konflik, tetapi mengatakan sekutu Barat bersatu dalam tekad mereka untuk mendukung Ukraina.
Jerman telah mengirimkan senjata anti-tank, rudal permukaan-ke-udara, amunisi dan senjata pertahanan lainnya ke Ukraina.
Pemerintah Scholz juga telah menjanjikan lebih dari satu miliar euro dalam bantuan keuangan untuk Ukraina sehingga pemerintah di Kiev dapat membeli senjata yang dibutuhkan untuk melawan.
Namun Scholz mengatakan Jerman tidak akan "berjalan sendiri" dalam hal senjata, dan bahwa setiap keputusan akan dibuat dengan kerja sama yang erat dengan "teman dan sekutu".
Dia mengangkat kemungkinan mitra Eropa timur mengirim "sistem senjata" yang lebih tua, buatan Rusia ke Ukraina, karena ini akan akrab bagi pasukan Ukraina dan dapat segera digunakan.
Dia juga mengatakan Ukraina telah diminta untuk menyusun daftar senjata yang dibutuhkan yang mungkin dapat dibeli langsung dari industri pertahanan.
Scholz dan partai SPD kiri-tengahnya selama beberapa pekan berargumen bahwa mengirim senjata berat akan berisiko menimbulkan spiral eskalasi yang dapat membuat negara lain diserang.
Tetapi meningkatnya laporan tentang kekejaman yang dilakukan terhadap warga sipil di Ukraina telah memicu seruan agar Scholz mengambil sikap yang lebih keras, bahkan di antara dua mitra koalisinya.
Anggota parlemen Anton Hofreiter dari Partai Hijau menuduh kanselir gagal "menunjukkan kepemimpinan yang cukup".
Anggota parlemen Marie-Agnes Strack-Zimmermann, dari FDP liberal, mengatakan Jerman tidak boleh dibimbing oleh ketakutan akan eskalasi, karena "pada intinya Putin tidak dapat diprediksi". (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...