Kapal Kargo Sipil Terkena Ledakan Ranjau Rusia di Laut Hitam
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Sebuah kapal kargo sipil menabrak ranjuau laut Rusia di Laut Hitam dekat pelabuhan Danube di Ukraina pada hari Kamis (28/12), melukai dua pelaut, kata para pejabat dan analis, dalam sebuah insiden yang menggarisbawahi bahaya yang dihadapi oleh mereka yang mengekspor biji-bijian Ukraina selama perang. .
Kapal berbendera Panama itu menabrak ranjau terapung saat cuaca badai ketika sedang mengambil biji-bijian, menurut Pasukan Pertahanan Selatan Ukraina, seraya menambahkan bahwa gelombang laut sering kali meningkatkan risiko ranjau.
Ketika pertempuran terus berlanjut sepanjang musim dingin dan kemungkinan memasuki tahun ketiga setelah invasi Rusia pada Februari 2022, dan dengan sedikit perubahan di garis depan, Ukraina bertujuan untuk memperkuat sumber daya keuangannya untuk menghadapi perang yang berkepanjangan.
Setelah Rusia menarik diri dari perjanjian ekspor biji-bijian yang ditengahi PBB pada musim panas lalu, Ukraina meluncurkan koridor pengiriman baru di Laut Hitam untuk mengirimkan biji-bijian, logam, dan kargo lainnya ke pasar dunia. Hal ini telah memberikan dorongan pada perekonomian Ukraina yang bergantung pada pertanian.
Insiden ranjau itu terjadi sekitar 130 kilometer barat daya Chornomorsk, dekat Odesa di pantai selatan Ukraina, kata perusahaan analisis risiko maritim Ambrey. Kapal dengan 18 awak itu sedang dalam perjalanan menuju Izmail, pelabuhan lain di daerah tersebut.
Ranjau tersebut meledak di buritan kapal, menyebabkan kerusakan peralatan dan mesin serta mengakibatkan kapal kehilangan tenaga, kata Ambrey. Kapten dilaporkan bermanuver ke perairan dangkal untuk mencegah kapal tenggelam.
Serangan balasan Ukraina yang sangat dinantikan musim panas lalu sebagian besar gagal mengubah garis depan meskipun persenjataan bernilai miliaran dolar dikirim oleh sekutu Baratnya. Hal ini telah memberikan kepercayaan kepada pasukan Kremlin, terutama karena bantuan lebih lanjut dari Barat masih dipertanyakan.
Sebuah lembaga think tank berpendapat bahwa garis depan saat ini bukanlah “jalan buntu yang stabil.” Institut Studi Perang di Washington mengatakan dalam sebuah penilaian pada hari Rabu (27/12) malam bahwa “keseimbangan saat ini dapat berubah ke arah mana pun oleh keputusan yang dibuat di Barat atau di Rusia, dan keuntungan yang terbatas dari Rusia bisa menjadi signifikan terutama jika Barat memutus keberlanjutan bantuan militer ke Ukraina.”
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyebutkan bahwa Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa berencana untuk terus mengirimkan bantuan ke Keiv.
“Baik Washington maupun Brussels tidak menahan diri untuk membantu rezim Kiev (pemerintah Ukraina) karena mereka menyadari kehancurannya tanpa bantuan tersebut,” kata Lavrov dalam wawancara dengan kantor berita negara TASS yang dirilis pada hari Kamis (28/12). “Mereka tetap berkomitmen untuk membendung Rusia dengan mengorbankan rakyat Ukraina dan nyawa mereka.” (AP)
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...