Kapolri: Hasil Autopsi Muhammadiyah untuk Koreksi Densus 88
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengucapkan terima kasih kepada PP Muhammadiyah atas dilakukannya autopsi jasad terduga teroris Siyono.
“Saya mengucapkan terima kasih sudah dilakukan autopsi terhadap almarhum Siyono dan sudah ada hasilnya. Kami hargai itu,” kata Kapolri, di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/4).
Menurut Kapolri, dari hasil autopsi Siyono bisa ditelusuri apakah ada pelanggaran atau tidak yang dilakukan oleh tim Densus 88 Antiteror Polri dalam menangkap dan mengawal Siyono ketika masih hidup.
Hasil autopsi tersebut, kata Badrodin, akan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan Divisi Profesi Pengamanan (Divpropam) serta Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri yang saat ini masih memeriksa kasus Siyono.
Menurut Badrodin Haiti, pihaknya siap untuk menerima koreksi bila jajarannya, dalam hal ini tim Densus 88 Antiteror Polri benar-benar terbukti melakukan penyimpangan hingga menyebabkan kematian Siyono.
“Ada Itwasum yang melakukan pengawasan, ada Propam yang melakukan pemeriksaan. Kalau ditemukan ada pelanggaran, tentu akan disidangkan kalau pelanggarannya kode etik atau disiplin. Kalau pelanggaran pidana, akan diproses hukum,” katanya.
Sebelumnya pada Senin (11/4), PP Muhammadiyah, tim dokter dari Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia cabang Jawa Tengah, dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memaparkan hasil autopsi jenazah terduga teroris Siyono.
Komnas HAM bekerja sama dengan PP Muhammadiyah telah melakukan serangkaian tindakan pemantauan dan penyelidikan termasuk autopsi terkait kematian terduga teroris Siyono.
Tindakan autopsi forensik terhadap jasad Siyono dilakukan oleh sembilan dokter forensik dari Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia cabang Jawa Tengah dan satu dokter forensik dari Polda Jawa Tengah. Tim forensik tersebut diketuai oleh dokter Gatot Suharto.
Autopsi dilakukan pada Minggu (3/4) pagi di tempat pemakaman Siyono di Klaten, Jawa Tengah. Hasil autopsi muncul setelah tujuh hari pascaautopsi karena dilakukan pemeriksaan mikroskopis.
Terduga teroris Siyono, warga Dukuh, Desa Pogung, Kabupaten Klaten setelah ditangkap oleh Densus 88 Mabes Polri dikabarkan meninggal dunia di Jakarta, Jumat (11/3). Pihak keluarga, terutama istri Siyono, Suratmi, meminta keadilan terkait dengan meninggalnya suaminya.
Uang Rp 100 Juta Tak Berlebihan
Badrodin juga mengatakan uang senilai Rp 100 juta yang diterima istri terduga teroris Siyono, Suratmi, tidak berasal dari kas negara, tetapi dari Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
“Bukan uang negara, itu uang pribadi Kadensus,” katanya.
Menurutnya, pemberian santunan tersebut bukanlah sesuatu yang berlebihan namun merupakan ungkapan turut berduka cita.
“Kalau ada kematian, pasti ada rasa simpatilah. Rasa berduka cita. Itu sah-sah saja,” katanya.
Uang Rp 100 juta tersebut diterima Suratmi dan Wagiono, kakak almarhum Siyono, dari lima perempuan yang diduga merupakan anggota polisi dari Densus 88.
Suratmi dan Wagiono masing-masing mendapatkan satu gepok uang dalam bungkus warna cokelat.
Satu gepok uang untuk Suratmi diberikan untuk biaya hidup dirinya dan kelima anaknya, sedangkan satu gepok uang untuk Wagiono diberikan untuk membiayai pemakaman Siyono.
Suratmi dan Wagiono tidak membuka bungkusan uang tersebut dan kemudian menyerahkannya ke PP Muhammadiyah yang bertindak sebagai kuasa hukum mereka.
Terduga teroris Siyono, warga Dukuh, Desa Pogung, Kabupaten Klaten setelah ditangkap Densus 88 Mabes Polri dikabarkan meninggal dunia di Jakarta, Jumat (11/3).
Pihak keluarga, terutama istri Siyono, Suratmi, meminta keadilan terkait dengan meninggalnya suaminya. (Ant)
Empat Kebiasaan Buat Berat Badan Turun Lebih Cepat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menghilangkan kalori merupakan cara terbaik saat mencoba menghilangkan le...