Kapolri Jelaskan Alasan Gelar 20.000 Personel Saat Demo 411
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan saat aksi unjuk rasa 4 November 2016 kepolisian menurunkan pasukan yang terdiri dari 20.000 personel yang terdiri dari TNI dan Polri.
Pasukan ini, kata Tito, hanya bertugas di Istana Negara.
“Kepolisian menurukan pasukan beranggotakan 20.000, dan anggota kita yang mengamankan di front line maupun di belakang tidak dilengkapi senjata api peluru tajam. Hanya tongkat, baju PHH dan tameng,” kata Tito saat rapat kerja dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, hari Senin (5/12).
Setelah aksi di Istana dan massa bergeser ke DPR, Tito mengaku bersyukur para pengunjuk rasa tersebut tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. Dia menerangkan ada 6.000 personel yang bersiaga di DPR.
“Kemudian, di DPR kami jaga dan dengan dialog yang difasilitasi Ketua MPR dan anggota komisi III, aspirasi mereka didengar lalu jam 4 mulai tinggalkan tempat hingga 7 pagi. Saya hubungi Menteri Perhubungan untuk minta kendaraan karena mereka minta kendaraan lalu diberikan 25 bus lalu kembali ke tempat masing-masing,” kata dia.
Selain itu Kapolri juga mengaku, sudah menyiapkan tim khusus untuk menghadapi aksi demonstrasi pada 4 November lalu, yang dinamakan tim anti anarkis. Namun, tim ini belum bekerja karena situasi kala itu bisa dikendalikan dengan baik.
“Kami siapkan tim khusus anti anarkis bila terjadi keadaan yang kontingensi yang membahayakan masyarakat. Kita siapkan pasukan bersenjata yang boleh keluar atas perintah Kapolda dan Kapolri. Tapi di akhir demo tidak ada yang keluar,” kata dia.
Meski aksi sempat diwarnai kericuhan hingga ada anggota Polri yang terluka, Tito tak lantas menurunkan pasukan khusus ini. Ia mengatakan, kepolisian lebih memilih cara persuasif untuk menghalau kerawanan yang terjadi pada aksi Bela Islam II lalu.
Ia juga mengungkapkan, polisi terus menghujani pendemo dengan gas air mata karena massa melakukan perlawanan kembali sebelum akhirnya menyerah mundur.
“Tanggal 4 November, setelah salat Isya, ada barisan dari kiri melempar petugas dengan bambu runcing sehingga 18 anggota Polri terluka bahkan tertusuk jatuh. Peristiwa itu 45 menit, saya minta anggota untuk hentikan gas air mata dan minta pendemo untuk mundur tapi yang terjadi para demonstran mundur setelah di tembak gas air mata,” kata dia.
"Polri hentikan tembakan gas air mata namun mereka maju untuk serang dengan batu. dan ditembak dengan gas air mata lagi. Jadi maju mundur maju mundur".
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...