Karena Apa Adanya, Bukan Ada Apanya
Hening, lepas, tidak ada target, rileks.
SATU HARAPAN.COM – Dengan berlari-lari kecil, saya mengikuti langkah kaki Papa yang membawa alat pancing dari bambu dan umpan di tangannya. Mencari tempat strategis, duduk di tepi pantai beralaskan bebatuan. Diam, mengobrol seadanya, kami berdua duduk bersebelahan sambil menjulurkan alat pancing ke arah laut. Angin sepoi menerpa wajah mewarnai terik yang menyengat, ditengahi suara ombak dan riak-riaknya yang bermain di sekitar kaki . ”Dapat…,” seru Papa sambil tersenyum. Lalu dengan gayanya yang khas, dia akan menjelaskan kepada saya jenis ikan yang diperolehnya.
Tidak hanya terik matahari yang menerpa, pernah juga kami pulang dengan basah kuyup karena kehujanan, terkadang pula tidak ada ikan yang kami dapatkan. Namun, kegiatan tersebut tetap menjadi acara favorit kami.
Setelah hari berlalu, suasana itu tiba-tiba menjadi suatu kerinduan. Hening, lepas, tidak ada target, apa adanya, rileks.
Suatu hari ketika saya pulang sekolah sambil menangis karena tidak masuk ranking 3 besar dalam kelas, Papa dengan tertawa mengatakan mengapa saya harus menangis? Bagi dia tidak masalah saya menjadi juara kelas ataupun tidak. Demikian juga ketika seorang adik saya tidak naik kelas, Papa tetap tersenyum menanggapinya, “Ya sudah tidak apa-apa…biar ini jadi pelajaran buat dia supaya tahun depan lebih rajin.”
Mengetahui bahwa diri diterima apa adanya—dan bukan karena ada apanya—sungguh menghibur. Tidak ada yang dapat melebihi hal ini.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...