Kartu Natal Cetak Pertama Mulai Dijual Online
SATUHARAPAN.COM-Kartu Natal pertama yang dicetak secara komersial siap untuk dijual. Kartu itu menampilkan adegan era Victoria yang meriah, tetapi juga menghebohkan beberapa orang yang mengecamnya sebagai humbug (omong kosong dan sampah) ketika pertama kali muncul pada tahun 1843.
Kartu itu, yang dijual secara online mulai hari Jumat melalui konsorsium yang dijalankan oleh Marvin Getman, dealer buku dan manuskrip langka yang berbasis di Boston. Kartu itu menggambarkan sebuah keluarga Inggris bersulang dengan gelas anggur merah.
"Selamat Natal dan Tahun Baru untukmu," bunyinya. Tetapi bagi orang yang tidak minum alcohol, dan ada banyak di antara mereka di abad ke-19, citra tersebut menyertakan terlalu banyak keceriaan liburan dengan di latar depan, seorang gadis muda digambarkan sedang menyesap gelas orang dewasa.
Gambar itu dinilai tidak sesuai dengan zaman Puritanical Temperance Society, yang membuat hal itu diributkan, dan membutuhkan tiga tahun sebelum kartu Natal lain dikeluarkan.
“Mereka sangat tertekan karena dalam gambar 'memalukan' ini mereka memiliki anak-anak yang bersulang dengan segelas anggur bersama dengan orang dewasa. Mereka melakukan kampanye untuk menyensor dan menekannya,” kata Justin Schiller, pendiri dan presiden Kingston, Battledore Ltd. yang berbasis di New York, seorang dealer buku-buku antik yang menjual kartu tersebut.
Hanya ada Sekitar 30
Getman, yang pialangnya telah beralih online sebelum pandemi virus corona menyinggung pameran buku tur tradisional, mengatakan litograf berwarna lukisan tangan itu diyakini sebagai sampel oleh penjual. Hanya 1.000 eksemplar dicetak dan dijual dengan harga satu shilling masing-masing, dan para ahli percaya kurang dari 30 yang masih selamat, katanya.
Kartu itu, yang dimaksudkan sebagai ucapan selamat Natal dan Tahun Baru, dirancang oleh pelukis dan ilustrator John Callcott Horsley atas saran Sir Henry Cole, seorang pegawai negeri dan penemu Inggris yang mendirikan Museum Victoria & Albert di London. Cole secara luas dikreditkan dengan memulai tradisi pengiriman kartu liburan, sebuah industri dengan omset jutaan dolar saat ini.
Rumah lelang Christie di London juga menjual salah satu kartu langka dan memperkirakan barang tersebut akan terjual antara 5.000 dan 8.000 pound (setara Rp 95 juta hingga Rp 152 juta).
Selain itu, juga dijual oleh konsorsium Boston adalah "Santa Claus," sebuah puisi tulisan tangan oleh Emily Dickinson tentang peri tua yang periang. Namun ada peringatan dari orang tua bahwa pandangan Dickinson agak suram bagi anak-anak.
“Dia pada dasarnya mengatakan Sinterklas telah meninggal, tetapi anak-anak seharusnya tidak merasa sedih, karena dia bersama para malaikat di Surga,” kata Schiller. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...