Kasus Demam Berdarah Meningkat
MADIUN, SATUHARAPAN.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mencatat jumlah kasus demam berdarah yang terjadi di wilayahnya selama dua pekan bulan Januari 2019 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Upaya Kesehatan, Dinkes Kabupaten Madiun, Agung Tri Widodo, Jumat (18/1) mengatakan, sepanjang 17 hari pertama bulan Januari ini, sudah ditemukan 56 kasus demam berdarah. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang hanya 26 kasus.
"Dua pekan awal tahun 2019 sudah ada 56 kasus demam berdarah di Kabupaten Madiun dengan korban meningal dua orang. Ini memang butuh perhatian lebih," kata Agung Tri Widodo kepada wartawan.
Menurut dia, dua korban meninggal akibat demam berdarah itu adalah atas nama Dinar Akmal Ibrahim (11), warga Dusun Jemblongan, Desa Sukosari, Kecamatan Dagangan dan Mashudi (59) warga Desa Durenan, Kecamatan Gemarang.
"Pasien terlambat mendapat pertolongan medis. Saat mendapat penanganan medis, virus sudah menyebar ke seluruh tubuh," kata dia.
Sedangkan total kasus demam berdarah sepanjang tahun 2018 tercatat sebanyak 124 penderita, dengan satu penderita di antaranya meninggal dunia. Kasus tersebut tersebar hampir merata di 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun dengan penderita terbanyak di Kecamatan Pilangkenceng.
Pihaknya memprediksi jumlah penderita demam berdarah di Kabupaten Madiun tahun ini masih dapat bertambah. Kondisi musim hujan seperti saat ini sangat rawan terjadi penyebaran penyakit demam berdarah. Terlebih jika tidak diimbagi dengan pola hidup warga yang tidak menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Kemenkes Imbau Seluruh Daerah Siaga DBD
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di berbagai daerah memang meningkat, seperti Kabupaten Kuala Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT, Sulawesi Utara, dan daerah lain di Indonesia.
Data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, menyebutkan, distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga minggu pertama 2019 tertinggi ada di Jawa Timur, dengan jumlah suspek DBD 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang.
Suspek DBD, artinya belum tentu positif kasus DBD namun sudah harus menjadi kewaspadaan oleh masyarakat dan pemerintah.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, melalui Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, mengirimkan surat edaran kepada seluruh kepala dinas kesehatan provinsi untuk tetap siaga menghadapi kasus DBD. Melalui surat edaran itu, setiap daerah diimbau untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
PSN dapat dilakukan melalui kegiatan menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali barang bekas, plus mencegah gigitan nyamuk dengan cara mengimplementasikan gerakan 1 rumah 1 juru pemantau jentik (Jumantik).
Meningkatkan surveilans kasus dan surveilans faktor risiko terhadap kejadian DBD, di antaranya melalui kegiatan pemantaun jentik berkala. Menyediakan bahan insektisida dan larvasida untuk pemberantasan nyamuk dan jentik.
Dinas kesehatan provinsi juga diimbau mengaktifkan kembali kelompok kerja operasional penanggulangan DBD di berbagai tingkatan RT/RW, desa/keluarahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. Peningkatan sumber daya pencegahan dan pengendalian DBD juga perlu dilakukan meliputi peningkatan kapasitas SDM, termasuk bahan dan peralatan untuk melakukan deteksi dini dan pengobatan segera di puskesmas dan rumah sakit.
Imbauan lain yakni menerbitkan surat instruksi kepala dinas kesehatan provinsi kepada jajarannya dalam rangka kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD. (Antaranews.com/Depkes.go.id)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...