Ke Mana Hari Depan Afghanistan pada Kali Kedua Ditangan Taliban
SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Pakistan mengusulkan agar masyarakat internasional mengembangkan peta jalan yang mengarah pada pengakuan diplomatik terhadap Taliban, jika mereka memenuhi persyaratannya, dan kemudian duduk berhadap-hadapan dan membicarakannya dengan para pemimpin milisi.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mehmood Qureshi, menguraikan gagasan itu hari Rabu (22/9) dalam sebuah wawancara dengan The Associated Pressdi sela-sela pertemuan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB.
Jadilah realistis, tunjukkan kesabaran, dan mengikutsertakan. Dan yang terpenting, jangan mengisolasi. Itulah pilar-pilar pendekatan yang muncul dalam gagasan Pakistan untuk menghadapi pemerintah baru yang tiba-tiba menjalankan negara sekali lagi di negara tetangganya, Taliban di Afghanistan yang bangkit kembali dan seringkali bergejolak.
Namun apa yang terjadi nanti ketika salah satu pendiri Taliban, Mullah Noorudin Turabi mengatakan bahwa Taliban akan menjalankan lagi hukuman publik dan hukuman potong anggota badan.
Bagaimana pula dengan seruan untuk menegakkan hak asasi manusia, terutama hak-hak perempuan, yang pada masa pemerintahannya sebelumnya telah menderita begitu dalam?
Taliban telah juga membubarkan Kementerian Urusan Perempuan dan membawa kembali Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan yang pada dasarnya akan menjadi polisi moralitas.
“Semua orang mengkritik kami atas hukuman di stadion (eksekusi di depan publik), tetapi kami tidak pernah mengatakan apa pun tentang hukum dan hukuman mereka. Tidak ada yang akan memberi tahu kita seperti apa seharusnya hukum kita. Kami akan mengikuti Islam dan kami akan membuat hukum kami berdasarkan Al-Qur'an," kata Turabi dalam wawancara dengan AP.
Turabi, yang merupakan kepala Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan selama era Taliban sebelumnya, mengatakan bahwa kejahatan pembunuhan akan dihukum dengan eksekusi publik, yang biasa dijatuhkan oleh kelompok itu dengan satu peluru ke kepala.
Namun, pilihan tetap ada bagi keluarga korban yang terbunuh untuk memilih menerima "uang darah" untuk menyelamatkan nyawa pembunuhan. Pencuri akan dihukum dengan potong tangan dan untuk perampokan di jalan raya, hukumannya adalah potong tangan dan kaki. “Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan” karena efek jeranya, kata Turbai.
Harapan Makin Jauh?
Turbai mengatakan bahwa kali ini, Taliban akan memiliki hakim untuk mengadili kasus sebelum memberikan hukuman. “Kami berubah dari masa lalu,” katanya. Tetapi pernyataanya itu justru terlihat makin jauh dari harapan internasional.
Harapan internasional seperti diungkapkan Qureshi: ''Jika mereka (Taliban) memenuhi harapan itu, mereka akan membuatnya lebih mudah bagi diri mereka sendiri, mereka akan mendapatkan penerimaan, yang diperlukan untuk pengakuan,'' kata Qureshi.
“Pada saat yang sama, masyarakat internasional harus menyadari: Apa alternatifnya? Apa saja pilihannya? Ini adalah kenyataan, dan dapatkah mereka berpaling dari kenyataan ini?''
Dia mengatakan Pakistan “selaras dengan komunitas internasional'' dalam keinginan untuk melihat Afghanistan yang damai dan stabil tanpa ruang bagi elemen teroris untuk meningkatkan pijakan mereka, dan bagi Taliban untuk memastikan “bahwa tanah Afghanistan tidak pernah digunakan lagi untuk melawan negara mana pun.''
''Tapi kami mengatakan, lebih realistis dalam pendekatan,'' kata Qureshi. “Cobalah cara inovatif untuk terlibat dengan mereka. Cara mereka ditangani tidak berhasil.''
Apakah yang bisa dilakukan dengan cara inovatif untuk pendekatan pada Taliban, sementara pernyataan Turabi tampaknya memberi makna lain bagi kata “realistis,” dan mmusingkan untuk mencari “cara inovatif” yang diungkapkan Qureshi.
Harapan pada Pemerintahan Inklusif
Harapan terhadap kepemimpinan Taliban sebenarnya mencakup pemerintahan yang inklusif dan jaminan untuk hak asasi manusia, terutama bagi perempuan dan anak perempuan. Pada gilirannya, pemerintah Afghanistan mungkin akan termotivasi dengan menerima bantuan pembangunan, ekonomi dan rekonstruksi untuk membantu memulihkan diri dari perang selama puluhan tahun.
Qureshi mendesak Amerika Serikat, Dana Moneter Internasional dan negara-negara lain yang telah membekukan dana pemerintah Afghanistan untuk segera mengeluarkan uang itu sehingga dapat digunakan “untuk mempromosikan keadaan normal di Afghanistan.''
Dan Pakistan berjanji dan siap untuk memainkan peran “konstruktif, positif'' dalam membuka saluran komunikasi dengan Taliban karena ia juga mendapat manfaat dari perdamaian dan stabilitas.
Ini adalah kedua kalinya Taliban, yang menganut versi Islam yang ketat dalam memerintah Afghanistan. Pertama kali, dari tahun 1996 hingga 2001, berakhir ketika mereka digulingkan oleh koalisi pimpinan AS setelah serangan 9/11, yang diarahkan oleh Osama bin Laden dari Afghanistan.
Selama aturan itu, para pemimpin Taliban dan polisi melarang anak perempuan bersekolah dan melarang perempuan bekerja di luar rumah atau meninggalkan rumah tanpa pendamping laki-laki. Setelah mereka digulingkan, perempuan Afghanistan masih menghadapi tantangan dalam masyarakat yang didominasi laki-laki, tetapi semakin melangkah ke posisi yang kuat di pemerintahan dan berbagai bidang.
Tetapi ketika AS menarik militernya dari Afghanistan bulan lalu, pemerintah runtuh dan generasi baru Taliban bangkit kembali, mengambil alih dengan segera. Dalam pekan-pekan sejak itu, banyak negara telah menyatakan kekecewaannya bahwa pemerintah sementara Taliban tidak inklusif seperti yang dijanjikan juru bicaranya.
Sementara pemerintah baru telah mengizinkan gadis-gadis muda untuk bersekolah, tetapi belum mengizinkan gadis-gadis yang lebih tua untuk kembali ke sekolah menengah, dan sebagian besar perempuan untuk kembali bekerja. Padahal telah mengeluarkan janji pada bulan April bahwa perempuan “dapat melayani masyarakat mereka dalam pendidikan, bisnis, bidang kesehatan dan sosial dengan tetap menjaga hijab Islami yang benar.''
Kaitan dengan Tetangganya, Pakistan
Pakistan, yang berbagi perbatasan panjang dengan Afghanistan, memiliki hubungan yang panjang dan terkadang bertentangan dengan tetangganya, termasuk upaya untuk mencegah terorisme di sana, tetapi beberapa orang mengatakan, juga mendorongnya.
Pemerintah Islamabad memiliki kepentingan mendasar dalam memastikan bahwa apa pun yang ditawarkan Afghanistan baru, itu bukanlah ancaman bagi Pakistan. Itu, kata Qureshi, membutuhkan pendekatan yang mantap dan terkalibrasi.
''Ini harus menjadi penilaian yang realistis, pandangan pragmatis di kedua sisi, dan itu akan menentukan nada pengakuan pada akhirnya,'' kata menteri Pakistan itu. Kabar baiknya, katanya: Taliban mendengarkan, “dan mereka tidak peka terhadap apa yang dikatakan oleh tetangga dan komunitas internasional.''
Bagaimana dia tahu mereka mendengarkan? Dia mengatakan pemerintah sementara, yang sebagian besar berasal dari kelompok etnis Pashtun yang dominan di Afghanistan, membuat beberapa penambahan pada hari Selasa (21/9). Mereka menambahkan perwakilan dari etnis minoritas negara itu, Tajik, Uzbek dan Hazara, yang merupakan Muslim Syiah di negara mayoritas Muslim Sunni dalam kabinet.
''Ya, belum ada perempuan,'' kata Qureshi. ''Tapi mari kita biarkan situasi berkembang.'' Dia menekankan bahwa Taliban harus membuat keputusan dalam beberapa hari dan pekan mendatang yang akan meningkatkan penerimaan mereka.
Tantangan Komunitas Internasional
'Apa yang bisa dilakukan komunitas internasional, menurut dia, adalah duduk bersama dan menyusun peta jalan. “Dan jika mereka memenuhi harapan itu, inilah yang dapat dilakukan masyarakat internasional untuk membantu mereka menstabilkan ekonomi mereka, bantuan kemanusiaan yang dapat diberikan. Ini adalah bagaimana mereka dapat membantu membangun kembali Afghanistan, rekonstruksi dan seterusnya dan seterusnya.''
Dia menambahkan: “Dengan peta jalan ke depan ini, saya pikir keterlibatan internasional bisa lebih produktif.''
Pada Rabu (22/9) malam, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan setelah pertemuan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB bahwa kelima negara: Amerika Serikat, CHina, Inggris, Rusia dan Prancis, menginginkan “Afghanistan yang damai, stabil, di mana bantuan kemanusiaan dapat didistribusikan tanpa masalah atau diskriminasi.''
Dia juga menggambarkan harapan untuk “Afghanistan di mana hak-hak perempuan dan anak perempuan dihormati, Afghanistan yang tidak akan menjadi tempat perlindungan bagi terorisme, Afghanistan di mana kita memiliki pemerintahan inklusif yang mewakili berbagai sektor populasi.''
Qureshi mengatakan ada forum yang berbeda di mana komunitas internasional dapat mencari cara terbaik untuk mendekati situasi tersebut. Sementara itu, ia menegaskan, hal-hal tampaknya menjadi stabil. Kurang dari enam pekan setelah Taliban merebut kekuasaan pada 15 Agustus, katanya, Pakistan telah menerima informasi bahwa situasi hukum dan ketertiban telah membaik, pertempuran telah berhenti dan banyak pengungsi internal Afghanistan akan pulang. ''Itu pertanda positif,'' kata Qureshi.
Dampaknya pada Pakistan
Dia mengatakan Pakistan belum melihat masuknya pengungsi Afghanistan baru, masalah sensitif bagi orang Pakistan, yang sangat termotivasi untuk mencegahnya. Krisis kemanusiaan, ekonomi yang merosot dan pekerja yang kembali ke pekerjaan dan sekolah tetapi tidak mendapatkan gaji dan tidak punya uang dapat menyebabkan warga Afghanistan melarikan diri melintasi perbatasan ke Pakistan, yang telah menderita secara ekonomi akibat kedatangan semacam itu selama beberapa dekade konflik.
Qureshi menetapkan kesabaran dan realisme. Lagi pula, katanya, setiap upaya sebelumnya untuk menstabilkan Afghanistan telah gagal, jadi jangan berharap upaya baru untuk menghasilkan kesuksesan langsung dengan Taliban.
Jika Amerika Serikat dan sekutunya “tidak dapat meyakinkan mereka atau menghilangkan mereka dalam dua dekade, bagaimana Anda akan melakukannya dalam dua bulan atau dua tahun ke depan?'' dia bertanya-tanya.
Ditanya apakah dia memiliki prediksi tentang seperti apa Afghanistan dalam enam bulan, Qureshi menjawab: “Bisakah Anda menjamin saya perilaku AS selama enam bulan ke depan?”
Apakah harapan Qureshi itu cukup realistic, mengingat Taliban masih belum bergeserdan menyakinkan dalam masalah HAM dan pemerintahan yang inklusif, bahkan kalua ada perubahan tampaknya terlalu minor. Dan hal ini bisa mendorong Afghanistan terisolasi.
Sayangnya lagi, di dalm negeri Taliban akan menghadapi bangkitnya kelompok ISIS Kkorasan dan bahkan mungkin Al-Qaeda, yang berada pada posisi beda.
Masa depan Afghanistan tampaknya masih berselimut kabut, dan korban yang mungkin akan jatuh adalah rakyat negara itu yang selama ini sudah kepayahan didera perang.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...