Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 08:51 WIB | Jumat, 21 Maret 2025

Keamanan Bangladesh Tangkap Komandan Kelompok Bersenjata Rohingya

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, kiri, dan Kepala Penasihat Bangladesh sekaligus Pemenang Nobel, Profesor Muhammad Yunus, berdiri bersama sebelum berbuka puasa bersama para pengungsi Rohingya di kamp Ukhiya di Cox’s Bazar, Bangladesh, Jumat, 14 Maret 2025. (Foto: AP/Mahmud Hossain Opu)

DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Pejabat keamanan di Bangladesh menangkap pemimpin kelompok pemberontak Rohingya atas tuduhan masuk secara ilegal, sabotase, dan kegiatan teroris di negara Asia Selatan itu, tempat lebih dari satu juta pengungsi Rohingya dari negara tetangga Myanmar bermukim.

Polisi mengatakan bahwa tim dari Batalyon Aksi Cepat menangkap Ataullah Abu Ammar Jununi, yang dikenal sebagai panglima tertinggi Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) dalam sebuah penggrebegan pada hari Selasa (18/3) di distrik Narayanganj dekat ibu kota, Dhaka.

Jununi, seorang Rohingya kelahiran Pakistan yang tumbuh besar di Mekkah, memimpin sebuah kelompok yang telah melakukan serangan terhadap pejabat di Myanmar sebagai bagian dari apa yang digambarkannya sebagai "perang defensif dengan rezim militer Burma yang brutal" atas nama Rohingya, yang menghadapi diskriminasi dan kekerasan di Myanmar.

Intelijen Bangladesh mengatakan anggota ARSA telah terlibat dalam pembunuhan yang ditargetkan, penculikan, obat-obatan terlarang, penyelundupan, dan kejahatan serius lainnya di kamp-kamp pengungsi Rohingya. Pertikaian internal dan serangan balasan atas kendali kamp-kamp tersebut menyebabkan kematian ratusan warga Rohingya.

Daily Star Bangladesh melaporkan bahwa 10 anggota kelompok lainnya, termasuk empat anak-anak dan perempuan, juga ditangkap dalam penggrebegan terpisah di distrik Narayanganj dan Mymensingh.

Shahinur Alam, seorang pejabat polisi senior di Siddhirganj di Narayanganj, mengatakan kepada wartawan bahwa para pejabat juga menyita uang tunai, sebilah pisau, rantai baja tajam, dan empat jam tangan selama penggrebegan tersebut.

Seorang hakim pada hari Selasa kemudian memberi wewenang kepada polisi untuk menahan Jununi dan enam orang lainnya untuk diinterogasi. Empat orang lainnya dijebloskan ke penjara.

Rincian lebih lanjut tentang bagaimana Jununi datang ke Bangladesh dan bagaimana ia tinggal di negara tersebut masih belum jelas.

ARSA dibentuk pada tahun 2016 oleh para pengungsi Rohingya yang tinggal di Arab Saudi, menurut International Crisis Group, dan dipimpin oleh Jununi dan sebuah komite yang terdiri dari sekitar 20 emigran Rohingya. ICG mengatakan ada indikasi bahwa Jununi dan yang lainnya menerima pelatihan militan di Pakistan dan mungkin Afghanistan.

Pemerintahan berturut-turut di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha telah menolak hak-hak dasar dan kewarganegaraan Rohingya, menganggap sebagian besar dari mereka sebagai penjajah asing dari Bangladesh, meskipun Rohingya telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.

Selama beberapa dekade, Bangladesh telah melindungi lebih dari satu juta pengungsi Rohingya, termasuk lebih dari 700.000 yang menyeberangi perbatasan ke Bangladesh pada tahun 2017 ketika Myanmar melancarkan operasi pembersihan dengan kekerasan di negara bagian Rakhine. Sebanyak 70.000 lainnya tiba di Bangladesh tahun lalu sementara ribuan bayi baru lahir setiap tahun di puluhan kamp yang tersebar di negara tersebut.

Situasi di Myanmar tetap tidak stabil setelah kelompok lain — Tentara Arakan — mengambil alih negara bagian Rakhine tempat para pengungsi Rohingya tiba di Bangladesh. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home